Mohon tunggu...
Ni Ketut Tini Sri
Ni Ketut Tini Sri Mohon Tunggu... -

Belajar menulis tentang keseharian yang tertuang dalam kisah fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Langkah [Episode 5]

28 Desember 2011   01:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:40 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Gus…? Mau ke kamar mandi ya?” dengan tangkas Aira membantu menopang tubuh Bagus yang ringkih, karena selama 4 bulan terakhir, Bagus hanya mengkonsumsi makanan cair.

“Ra...bosan di kamar terus, ingin jalan-jalan keluar, temani aku ya…”

“Ya udah, aku ambil kursi roda dulu, Kamu kuat duduk kan? Tunggu sebentar.”

Bergegas Aira mengambil kursi roda di sudut ruangan suster jaga. Oleh Aira, tubuh Bagus dipapah ke kursi roda, di kenakannya jaket birunya untuk Bagus dan di selimuti tubuh ringkih itu dengan selimut putih yang di sediakan oleh pihak rumah sakit. Dengan hati-hati Aira mendorong kursi roda itu keluar ruangan yang selama ini memenjarakan tubuh kekasihnya.

“Ra, aku ingin duduk di sana,” tunjuk Bagus pada sebuah kursi di tengah taman rumah sakit ini,

“Iiih...sakit-sakit, masih inget juga kamu dengan kebiasaan kita dulu...” sedikit tertawa kecil Aira mengomentari keinginan kekasihnya.

“Anginnya dingin, Gus...” kata Aira sambil memasangkan topi jaket birunya ke kepala Bagus. “Kita balik ke kamar aja yuuk, aku takut kamu nggak kuat, kamu kan belum sehat betul, Gus…”

Bagus tampak tak memperdulikan ucapan Aira. Dia menunjuk bulan sabit yang tengah bersinar di temani taburan bintang yang berkelap kelip.

“Ra… kamu ingat kan? Dulu kita sering ke pantai, malam-malam gini?”

“Hmmm...ingat. Aku masih ingat semua yang pernah kita lakukan dulu, Gus. Sedikitpun tak ada yang aku lupakan.” Desah Aira sambil melingkarkan tangannya di lengan Bagus. Direbahkan kepalanya di bahu Bagus, Bagus pun perlahan menjatuhkan kepalanya di atas kepala Aira.

“Sayang, aku boleh minta tolong?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun