"Assalaamualikum, Nadine pulang bu. Ibu di dalam?"
"Adik, kamu di di dalam dik?"
Pintu rumah dikunci, begitu juga dengan jendela rumah yang dikunci. Rumah terlihat sangat sepi, seperti tidak ada orang di dalam.
"Assalaamualikum" Suara dari belakang mnegagetkanku yang celingukan di jendela memastikan keadaan di dalam rumah. Aku sangat akrab dengan suara itu. Iya, itu suara ibu.
Dan benar saja, ada ibu dan adik yang baru saja keluar rumah. Tapi..
"Waa... waalaikumsalam. Adik kamu kenapa?" Aku terkejut melihat adik dengan setelan baju khas orang sakit. Wajahnya tampak sangat pucat, bibirnya sudah biru tua. Aku mulai panik dengan keadaan adik.
"Adik tidak apa-apa kok. Barusan ibu dan adik dari klinik, memeriksakan adik kamu. Adik tidak apa-apa Cuma butuh istirahat yang banyak." Jawab ibu dengan wajah sendu. Seperti ada yang ditutupi.
"Oh iya. Nadine udah lama? Tumben pulang, bukannya waktu pulang masih seminggu lagi?" Tanya ibu yang ingin mengalihkan pembicaraan.
"Baru sampai bu. Nadine kangen ibu dan adik."
"Adik kamu beneran tidak apa-apa?" Aku mencoba mendekat adiku yang menutup tubuhnya dengan jaket. Aku menyentuh dahinya, memastikan bahwa suhu tubuhnya tidak terlalu tinggi. Tapi aku salah, justru suhunya sangat tinggi. Itu sebabnya kenapa adik terlihat sangat pucat dan menggigil padahal cuaca di rumah sangat panas.
"Ibu bohong. Sebenarnya adik sakit apa bu?" Jawabku dengan nada sedikit tinggi. Sebagai tanda bahwa aku ingin tahu apa yang sebenrnya terjadi dengan adiku.