Mohon tunggu...
Dian Wijayanti
Dian Wijayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Pribadi

Saya sangat mengenali diri saya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Contoh Cerita Pendek "Tak Berpangkat"

22 Juni 2021   21:38 Diperbarui: 22 Juni 2021   22:00 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hm iya kak. Soalnya tadi ada insiden kecil di dalam busway, jadi terpaksa harus delay"

"Insiden? Emang ada apa?" Tanya kak Julian kembali kepadaku.

"Tadi pagi, busway yang aku tumpangin padet banget. Beberapa saat setelah busway melaju tiba-tiba ada teriakan perempuan minta tolong setengah ketakutan. Seketika orang-orang mendekat untuk menanyakan apa yang terjadi. Ia pun berkata bahwa laki-laki yang duduk disampingnya sudah melecehkannya." Ujarku mencoba menjelaskan.

"Terus gimana? Apakah laki-lakinya di proses hukum? Ini kan termasuk pelecehan sekual?" Tanya Adina, aktivis kampus yang juga merupakan pegiat solidaritas perempuan.

"Tidak. Laki-laki itu hampir saja di hakimi penumpang busway karna nggak mau mengakui perbuatannya. Sampai akhirnya dia di paksa turun dari busway."

"Terus perempuan yang di lecehkan gimana?" Tanya kak Julian

"Pastinya dia shock lah. Beberapa penumpang, termasuk aku mencoba untuk menenangkan, termasuk merekomendasikan agar di proses hukum. Termasuk merekomendasikan untuk datang ke profesional untuk memulihkan keadaan psikisnya karna dia terlihat ssangat ketakutan dan terus menangis."

"Ini nggak bisa dibiarkan kawan. Diskrminasi gender masih menghantui negeri ini. Kita tidak boleh diam melihat masalah seperti ini terus berkeliaran. Advokasi isu ini sampai perlindungan perempuan terealisasi kawan, tapi sekarang kita kembali ke diskusi awal." Ujar kak Julian yang meminta agar pembicaraan kembali ke diskusi mengenai teknik lapangan untuk aksi nanti siang.

***

Satu persatu masa aksi memadati bunderan di dekat kampus untuk mengikuti aksi siang ini. Berbagai macam spanduk mulai di lentangkan di sudut-sudut jalan bunderan. Laki-laki, perempuan, muda, tua semua berkumpul membentuk satu barikade untuk menyampaikan aspirasi. Yel-yel dan jargon aksi mulai santer terdengar.  Tak lupa, tuntutan aksi juga mulai di dengungkan meskipun aksi belum resmi dimulai. Terlihat beberapa kali masa aksi perempuan memegang alih keamanan aksi. Tak jarang mereka berada di barisan terdepan, seolah tak punya rasa takut akan adanya kerusuhan dan ancaman represifitas aparat keamanan.

Isu ekonomi memang sedang menempati trending utama dan paling banyak di perbincangkan oleh hampir seluruh elemen masyarakat. Berita demonstrasi secara besar-besaran yang dilakukan serentak secara masif tak kala menghebohkan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran beberapa orang tua yang takut anaknya ikut turun aksi. Termasuk ibuku yang tiba-tiba memanggilku melalui panggilan suara keitika briefing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun