"Nunik, kamu kenapa?" tanyaku terbata-bata.
 Gadis itu mendaratkan kakinya, tepat di hadapanku. Tatapannya masih tajam, wajahnya sucat pasi. Kerudungnya tampak lembab. Tercium bau amis menusuk hidungku.Â
"Mbak Nina...," panggil nya. Suaranya yang berbeda begitu berat.Â
"Kamu di sini lagi apa?" tanya aku memberanikan diri.
"Aku sedang menunggui kalian," Nunik berbisik tapi penuh geram.Â
"Kamu tadi ke mana? aku puas mencarimu."
"Kamu bohong, Â Mbak! Kamu sama sekali tidak mencariku!" Suara Nunik makin geram penuh dengan kebencian.
"Maksudmu?"
"Selama aku menunggumu datang menjemput, ada seseorang mengajakku pergi," ujar Nunik. Ia berbicara tanpa gerakan sedikitpun. Hanya matanya yang selalu tertuju padaku. Membuatku semakin gentar.
"Dia membawamu ke mana?" tanyaku mencoba lebih tenang.Â
Ada cerita kesurupan di tahun lalu. Seseorang yang sedang kerasukan, harus dihadapi dengan tenang. Aku terus menguatkan diri.