Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hantu Penghuni Kampus

18 Mei 2020   11:01 Diperbarui: 18 Mei 2020   11:39 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ante Hamersmit/Unsplash

Namun kemudian, suara Nunik menghilang. Tanpa menutup sambungan telefonnya. Kupikir dia lupa mematikan. Lalu aku bicara sendiri minta izin mematikan sambungan telefon kepada Nunik.

Kakiku makin bergegas. Gerimis tipis mulai turun. Nunik tidak ada di tempat mana pun. Kutelusuri jalan dan lorong, bahkan sampai ke tempat kami berkumpul semula. 

Dua orang anak remaja yang kukenal sebagai relawan pada kegiatan yang sedang kami lakukan menunggu di kursi, duduk.

"Apakah kalian melihat Nunik?" tanyaku.

Keduanya menggeleng, "kami tidak melihatnya lagi. Beberapa menit lalu bukankah ia menyusul Mbak ke tempat wudhu?" Jawab mereka.

Aku hanya bergumam, "Oh," lalu kembali memutar arah langkah menuju mushola tempat kami hendak melakukan salat Magrib. 

Derai air menebal. Hujan yang semula hanya gerimis menjadi deras. Aku setengah berlari, bajuku basah kuyup. 

Sepanjang jalan menuju mushola tak kutemukan Nunik di sana. Aku pikir dia sudah menemukan jalan menuju mushola. 

Setibanya di sana teman-temanku sudah memulai salatnya. Namun tetap tidak ketemu kan Nunik di sana. 

Kakiku melangkah ke tempat mengambil air wudhu. Mengikuti petunjuk arah yang terpampang di dinding. 

Sebuah tempat wudhu sepi dan gelap. Lampunya tidak menyala sudah rusak rupanya. Lantai dari ubin berwarna kuning, hampir busuk dan lapuk. Digerogoti lumut dan lendir karena lama tidak dibersihkan. Kakiku seolah enggan menginjak. Tanpa sandal tanpa alas kaki. Namun apa boleh buat tidak ada pilihan aku harus tetap mengambil air wudhu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun