"Semangat, Pak. Semoga lekas menjadi Profesor!" ucap Alia sesaat kemudian ketika perkuliahan selesai.
Saat itu Alia sengaja keluar kelas belakangan. Mereka terlibat perbincangan hangat sepanjang lorong kampus.
"Terima kasih, Alia. Nanti saya kasih buku saya yang telah diadaptasi dari desertasi saya ya. Biar kamu pun semangat lanjut kuliah." Julian tersenyum ramah.
Dari percakapan di lorong itulah, pertemuan-pertemuan selanjutnya terjadi. Alia telah jatuh cinta kepada dosennya. Begitu pula dengan Julian, lelaki beristri itu telah larut dalam pesona sang mahasiswa tanpa bisa ditolaknya.
"Aku ingin menikahimu," ujar Julian suatu sore.
Hari itu adalah hari ke dua ratus Julian dekat dengan gadisnya. Â Perkuliahan telah selesai. Besok mulai libur. Dua bulan ke depan, Alia mulai menjadi mahasiswa tingkat akhir.
Dada Alia terhenyak. Antara bahagia bercampur bingung. Tidak menyangka bahwa dosennya itu menaruh perasaan yang sama besarnya. Bahkan sampai ingin menikahinya. Seserius itukah?
"Tapi, bukankah kau memiliki istri?" Alia tertunduk lesu, ketika hati kecilnya menyadari bahwa ternyata rasa yang ia miliki telah jatuh terlalu dalam kepada orang yang salah.
Selama ini, ia menikmati setiap  detik waktu kebersamaan dengan Julian sebatas untuk menghilangkan rasa sepi dan mendapatkan teman berbagi. Namun ternyata, tanpa ia sadari rasanya telah terlalu dalam kepada laki-laki berisitri.
"Ya, aku akan membicarakan hal ini kepada istriku," ucap Julian mantap.
"Kamu serius?"