"Tuan Putri, ayo naik ke atas motor istimewa. Hati-hati, nanti gaunmu sobek. Pakai pelindungnya ya, aku tidak ingin kamu jatuh." katanya sambil tersenyum manis. Aku malah geli melihatnya.
"Geli Deva, udah deh aku gak pake gaun kok kenapa kamu so tau gitu sih."
"Maaf Tuan Putri, ayo naik saya sudah siapkan sesuatu untukmu." Jujur saja, aku deg-degan. Semoga saja getaran jantung ini tidak terdengar Deva. Kalau terdengar bahaya, aku bisa dikata-kata olehnya.
Sepanjang perjalanan aku hanya terdiam. Aku gugup sekali, karena tidak biasanya dia seperti ini. Oh Tuhan, tenangkanlah hatiku. Jangan dibuat gugup atau malah kaku, aku mohon.
Aku sudah sampai. Tapi aku heran, mengapa tempat ini sangat bagus? Banyak lampu berkerlap-kerlip seperti bintang, banyak bunga, dan mengapa tempat ini banyak pasangan? Ih kesal, aku dengan dia bukan pasangan mengapa harus makan disini sih.Â
Aku dibawa ke tempat paling atas di restoran ini, tempatnya terbuka dan memang enak untuk berbincang malam. Dan oh tidak, tempat ini keren, aku bisa melihat keindahan sejuta cahaya yang bersinar di Kota Bandung, ini sangat indah.
"It's so beautiful Dev." kataku sambil tersenyum.
"Iya dong, ini kan hari spesial."
Spesial? Kataku bergumam. Bukankah hari ini tidak ada apapun? Seharusnya kan kemarin saat aku berulang tahun. Dia ada-ada saja, aku jadi tidak sabar apa yang ingin dia bicarakan hari ini.
Kita berdua sudah memesan makanan kesukaan. Untungnya disini banyak menu makanan, jadi aku bisa memilih menu terbaik yang pernah aku makan. Tanpa lama makanan pun sudah tiba.
Kita menyantap makanan itu sambil bercengkrama hangat. Belum, obrolan ini belum serius. Masih sama seperti dulu yang penuh dengan bercanda. Saat makanannya sudah habis, aku dan dia mulai berbicara serius.