"Geli Deva! Manggil sayang mulu, dah ah." kataku sambil menutup telepon. Aku kembali merebahkan tubuhku di ranjang yang nyaman itu. Saat aku menarik selimut, handphone ku berbunyi lagi.
"Euh siapa lagi iniiiiiii !!!!"
Eh ternyata dia, si tukang humor tapi selalu receh. Dia mengirimku pesan.
"Leta, selamat ulang tahun yang ke-25 ya. Maaf aku suka nyebelin, maaf aku belum bisa jadi yang terbaik buat kamu. Gak kerasa ya kamu udah dewasa, semoga kamu bisa mendapatkan pasangan yang terbaik. Oh iya kalau bisa besok kita dinner ya di tempat biasa. Ini beneran kok, gak akan bohong. Ada sesuatu yang mau aku omongin ke kamu, penting banget. Bye Leta, semoga selalu bahagia."
Aku membacanya haru, dia memang bukan siapa-siapaku. Tapi aku menganggap dia lebih dari teman, dia mengerti apa yang aku inginkan. Tapi ya itu, aku tidak tau kita akan terus menerus seperti ini sampai kapan.Â
Lagi pula jika dipikirkan kita sudah berusia dewasa. Sudah sepantasnya kita mendapatkan separuh jiwa. Tapi aku tidak tau, siapa yang akan menjadi pasanganku. Aku sudah percaya pada Deva, tapi apalah status kita yang hanya 'teman' .
Coba kalian bayangkan, jika kalian ada di posisi aku pasti kalian akan berpikir sama sepertiku. Berharap hidup bersamanya, berharap dia yang menjadi teman hidup, bukan begitu? Sering memanggil sayang, perhatian, seperti tidak ingin kehilangan.Â
Ah iya, aku jadi sedikit geer. Tadi dia mengajakku dinner dan akan berbicara serius. Aku jadi deg-degan, apa ya yang mau dibicarakan dia? Hm sudah ah, tidak ingin berkhayal. Lebih baik tidur saja.
***
Setelah seharian aku mengerjakan maket, akhirnya aku bisa bersantai dan tinggal bersiap untuk pergi dinner bersama dia. Aku memilih pakaian terbaik yang aku punya, karena tidak biasanya dia mengajakku dinner seperti ini dengan nada serius. Ah aku jadi malu, kenapa aku geer sekali. Sudah, aku sudah siap.
Saat aku hendak memesan ojek online, tiba-tiba ada suara motor yang menyalakan klaksonnya. Ternyata itu Deva, menggunakan pakaian serba navy dan baby blue, hihi aku geli melihatnya.Â
Dia lucu, gemas, manis, eh sudah lah tidak boleh lebay. Mengapa aku jadi seperti ini, aku kan sedang kecewa padanya. Aku pura-pura bermuka masam saja hari ini.