Empat tahun lamanya, sepertinya masyarakat desa telah melupakan sosok Siti Zulaikah yang menghilang. Orang tuanya pasrah, mereka berduka penuh sesal. Sedangkan, aku dan  Dadang  bekerja keras menjadi nelayan. Banyak perubahan di desa ini. Semua orang tak mengantungkan  hasil tangkapanya pada juragan  Mamat. Aku membuka usaha pengepulan Ikan dan kadangkala ikut dadang  melaut. Sekedar melampiaskan  penat, melapiaskan perasaan, Meleburkan hati yang kacau tak karuan.
Suatu senja,  lagi-lagi aku berjalan di bibir pantai. Bernostalgia kembali bersama sepuluh tahun lamanya. Hingga, setiap jejak telapak kaki semakin menyudutkan perasaan  hilang. Mendalam. Tersapu bersama riakan gelombang dan membekas akhirnya kandas. Ku ingat kalimat itu Siti Zulaikah " Hari esok kau pasti kembali berjumpa bersama seseorang disini" kenangku. Mulai dari  itu aku selalu rindu pada sedayu biru. Tak lama kemudian terdengar suara perempuan memanggil.
"Firman" tersenyum lembayung berwajah putih segar, menyapaku
"Siti Zulaikah, benarkah kau kembali?
" Iya aku kembali bersama pengharapan" jawabnya  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H