"Masih berharap kau padanya Fir? Iya, sungguh tega suaminya. Dia bawa pergi anak perawan meninggalkan Siti tanpa kabar. Dasar si penikung, hidung belang" hujatnya.
" Sudah dua kali dia minggat, kau tau arah minggatnya kemana Dang?" Dadang membisu
"Dulu, dia ingin merantau bersekolah tinggi  mengikutiku. Masih ingatkah kau? Di tempat ini Siti Zulaikah selalu berkicau tentang pengharapan, pencapaian dan kebebasan di masa depan" lanjutku
" Iya. Karena  di paksa orang tuanya menikah sama  anaknya pak Mamat juragan ikan. Dia nekat minggat. Sayangnya, baru satu hari sembunyi kepergok di rumah ririn. teman sekampungnya.
"Tak habis pikir aku Dang, kenapa dia suka sekali  minggat" tanyaku heran
"Itu karena Siti tak pernah dihargai. Dia selalu mengikuti arah yang sebenarnya bukan kehendaknya. Aku tau bagaimana nasipnya ".
"Seperti apa nasipnya?" Â memotong kalimatnya
"Bagaimana bisa orang tuanya meminta Siti mempertahankan rumah  tangganya. Padahal mereka tahu kelakuan si Abdul seperti apa. Tapi Siti kuat menerima, menutupi nama baik keluarga. Hingga, sekarang merasakan malu yang begitu keras menamparnya.
"Kau pasti  tau dimana dia minggat Dang?" tuduhku.
"Tak tau aku" menyingkurkan wajahnya. Menunduk
"Percayakah Dang? Perasaanku masih sama, masih mengharap dan menunggunya, Setidaknya, aku ingin mengetahui bagaimana keadaanya Dang"