Mohon tunggu...
diana marsono
diana marsono Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

nama : diana marsono nim : 42321010027 dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si. AK Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ghulam Shabbir dan Mumtaz Anwar

2 Desember 2022   22:53 Diperbarui: 2 Desember 2022   23:06 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

. Definisi ini digunakan oleh berbagai organisasi internasional untuk mengukur tingkat korupsi; dari itu Transparency International (TI) telah mengumpulkan data korupsi dan merumuskan Corruption Perceived Index (CPI) pada tahun 1995. Menurut untuk peringkat survei CPI 1995, Selandia Baru mendapat skor tertinggi (paling tidak korup).

peringkat dunia dan Indonesia akhirnya dianggap paling korup. Selanjutnya dari 1995, penggarukan CPI untuk sebagian besar negara korup menunjukkan; Nigeria tetap yang pertama untuk periode 1996, 1997, 2000 dan di urutan kedua untuk hampir tahun-tahun yang tersisa kecuali untuk 2004 dan 2005. 

Kamerun, Bangladesh, Haiti dan Chad berada di peringkat terendah untuk tahun (1998, 1999), (2001, 02, 03), (2004) dan (2005) masing-masing. Dalam merumuskan CPI, Transparency International mempertimbangkan politik, sosial dan faktor ekonomi yang mempengaruhi tingkat korupsi negara dan pada akhirnya melemahkan kinerja bangsa [Lambsdorff, 2001b].

Peringkat survei CPI untuk berbagai tahun juga mengungkapkan bahwa semua posisi terbawah terkait dengan negara berkembang. IHK survey 2006 dan hampir semua isu sebelumnya menunjukkan bahwa kurang lebih semuanya berkembang negara berada di bawah skor tengah kecuali Chili, Jordan dan Mauritius. 

Mengapa begitu bahwa selama ini hampir semua negara berkembang memiliki skor paling rendah (paling korup). Banyak peneliti telah mencoba mencari tahu penyebab korupsi di tingkat dunia; menggunakan Awalnya diasumsikan bahwa korupsi pasti menghambat perkembangan ekonomi dan politik beberapa sarjana berpendapat bahwa korupsi dapat mempromosikan pembangunan. Untuk diskusi lebih lanjut lihat, Huntington 1968, Rose-Ackerman 1978 dan Theobald 1990. 

Untuk detail, lihat Sandholtz dan Koetzle (2000). Definisi ini hanya berkonsentrasi pada korupsi sektor publik. Korupsi sektor swasta juga penting tetapi tidak dibahas dalam artikel ini. Korupsi pribadi kemungkinan besar terjadi ketika orang menyalahgunakan kantor mereka (posisi organisasi dalam perusahaan) untuk keuntungan pribadi. Untuk detail, lihat Deleon 1993, Seldadyo dan Haan (2006). Daftar negara yang termasuk dalam penelitian ini adalah negara yang dikelompokkan sebagai negara berkembang menurut Dunia Bank berdasarkan wilayah dan ketersediaan data untuk negara yang bersangkutan. 

Data cross sectional untuk negara campuran (maju dan berkembang). Tapi kasus negara berkembang tidak dianalisis secara terpisah. Semua ini perlu untuk diselidiki alasan/penentu korupsi di negara-negara tersebut dan karena itu, kami ambil kasusnya hanya negara berkembang dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini kami membagi faktor penentu korupsi menjadi dua bagian; ekonomis dan determinan non ekonomi. Determinan ekonomi meliputi kebebasan ekonomi, integrasi internasional (globalisasi), tingkat pendidikan, pendapatan rata-rata dan pendapatan distribusi. 

Dalam determinan non-ekonomi, kami memasukkan sosial-politik dan agama determinan berupa demokrasi, kebebasan pers dan share of population having afiliasi dengan agama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi faktor ekonomi adalah

Dibandingkan dengan faktor non ekonomi dalam mengurangi tingkat korupsi di negara berkembang. Bagian yang tersisa dari penelitian ini dibangun sebagai berikut: bagian kedua dari Makalah ini membahas tentang pengertian korupsi dan pengukurannya. Bagian ketiga menyajikan tinjauan literatur dan derivasi hipotesis. Bagian keempat ditentukan untuk kerangka teoritis, definisi variabel dan data. Bagian kelima membahasnhasil empiris dan bagian terakhir mencakup kesimpulan dan implikasi kebijakan.

2. Korupsi: Pengertian, Pengukuran dan Penentunya

The Oxford Advanced Learner's Dictionary, (2000) mendefinisikan Korupsi sebagai: (a) perilaku tidak jujur atau ilegal, terutama orang yang berwenang (b) tindakan atau akibat dari

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun