"Yang kedua ini gimana sih, kok Alia bisa dilompati lagi?" Tanya Liyana.
"Entahlah..aku juga tidak tahu." Kata Halima yang menimpali. "Kalau yang berangkat diklat itu dilihat dari urutan masuk sekolah, kan seharusnya urutannya emang kamu Liyana, terus harusnya Alia, terus aku, baru asisten bos itu.
Tapi kemarin bos memutuskan langsung asisten bos yang berangkat. Dengan alasan Alia sudah punya sertifikat diklat lain. Begitu juga aku, katanya aku sudah punya sertifikat diklat lain. Itu kok gimana..gitu, tapi ya sudahlah, terserah mereka." Kata Halima, seolah malas membahas hal tersebut.
Nisa menatapku, lalu tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu menatap Wilis sambil berkata, "Dih, aneh ya?! Dulu alasannya karena harus sesuai urutan masuk ke sekolah. Sekarang alasannya karena sudah punya sertifikat diklat lain." Kata Nisa.
"Hehe.. Kalau di timku sih tidak seenaknya gitu. Semua berjalan sesuai prosedur dan aturan yang berlaku. Dan memang ya, diurutkan sesuai urutan masuk ke sekolah. Kalau yang bersangkutan, yang seharusnya berangkat diklat tidak mau, baru diganti." Kata Wilis.
"Si Alia sendiri kemarin sudah konfirmasi ke asisten bos, kok tiba-tiba dia yang berangkat? Asisten bos kasih keterangan yang berbeda lagi. Dia tidak bilang karena aku sama Alia sudah punya sertifikat diklat ini dan itu. Tapi dia bilangnya, dia melakukan itu karena dia ditunjuk langsung oleh Pimpinan Sekolah."
"Lah, berubah lagi!" Kata Nisa. "Tadi katanya karena setifikat Diklat lain. Sekarang katanya ditunjuk Pimpinan Sekolah?" Kata Nisa sambil tertawa, merasa aneh. "Lagipula, Kenapa tim-tim lain tidak ditunjuk, cuma tim kita ini yang ditunjuk, istimewa sekali tim kita ini. Timnya kamu nggak ditunjuk kan Lis?" Tanya Nisa.
"Enggakkk.." kata Wilis sambil tertawa.
Kami semua kecuali Dinda tertawa, termasuk Tika, dengan tawa yang aneh, tawa tanpa bunyi.
"Sudah, sudah..emang kalian semua ini aneh!" Kata Dinda yang tiba-tiba duduk dengan tegak, yang seolah dari tadi sedang tidur dengan nyaman, tapi merasa terganggu karena kami semua ribut.Â
"Kok kita, enak aja! Bosnya Tika tuh yang aneh..!" Kataku membela diri.