"Yap, betul!" Jawabku.
"Padahal sebelumnya Mba Alia sudah ditunjuk untuk Diklat asesor?" Tanya Nisa lagi.
"Yap, sebelumya, bos menemui saya. Waktu itu aku lagi ngajar di kelas malah, disuruh keluar sebentar, dan katanya akulah yang ditunjuk Pimpinan Sekolah untuk mengikuti Diklat asesor, karena seharusnya memang giliranku." Kataku.
"Hmm..hmm.." komentar Halima sambil mengangguk-angguk. Halima yang dari tadi juga duduk menyenderkan badannya di sisi tembok yang lain, sepertiku, setelah makan lotis, tapi seperti biasa sambil memainkan gawainya, juga hanya diam, sambil sesekali menengok dan tersenyum menimpali obrolan kami.Â
"Berarti kamu sudah digagalkan berangkat pelatihan dua kali dong Mba?" Tanya Nisa.
"Eh, masa iya?" Tanya Wilis.
"Ya.." Jawabku, mau melanjutkan kata-kataku tapi malas. Malas iya, sudah pasrah juga iya, bahkan sudah tidak berminat ikut diklat itu juga iya.
"Padahal senior lho!" Kata Wilis lagi.
"Haha..iya ya." Kata Nisa. "Mba Alia yang senior aja diperlakukan seperti itu. Apalagi aku, yang paling kecil, yang ecek-ecek kayak gini!" Kata Nisa lagi.
"Padahal habis Asesor enak ya Lis? Sekali mengasesori, kamu bisa dapat tambahan honor berapa kemarin?" Tanya Nisa.
"Iya, lumayan Mba, kemarin aku dapat gaji...kira-kira sebesar satu kali gaji utuh!" Kata Wilis sambil menatapku, lalu menatap Nisa.