Mohon tunggu...
Diana NovitaPermataSari
Diana NovitaPermataSari Mohon Tunggu... Guru - Guru/Pendidik

Menjadi pendidik di salah satu sekolah menengah kejuruan Negeri. Hobi utama membaca, sekarang sedang giat berlatih menulis, dan sangat suka jalan-jalan, kadang kulineran, dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Serial Geng Kopi Dalgona

28 Juni 2023   12:00 Diperbarui: 28 Juni 2023   12:06 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oh, ini pisangnya? Banyak banget gitu? Emang tidak busuk ini? Siapa yang akan mengerjakan? Siswa kan lagi COVID-an, lagi pada belajar dari rumah?" Omel Liyana lagi. 

"Itu beli minyak goreng juga banyak banget?" Tambah Liyana lagi.

Aku dan Halima diam, hanya kadang menanggapi kata-kata Liyana dengan tawa cibiran.

Kami sendiri tidak tertarik untuk mengambil pisang tersebut, jadi setelah melihat pisang-pisang tersebut sejenak, yang memang jumlahnya cukup banyak, kami, meski tidak terucap, kompak kembali ke ruang guru.

"Cair lagi ya uang praktik? Kok kita tidak diberi tahu. Aku kemarin sudah pakai uang pribadi lho untuk praktik, Rp 300.000,-." Kata Liyana, setelah masuk ke ruang guru, sambil menatap aku dan Halima, posisinya masih berdiri.

"Katanya mereka pinjam uang sekolah." Kata Halima tertawa, sambil kembali duduk di kursinya.

Liyana menatap Halima tidak mengerti. 

"Yup, betul, kata Tika, mereka pinjam uang sekolah sebesar 10 juta untuk modal usaha." Kataku yang juga masih berdiri di depan meja kerjaku, menambahi informasi yang disampaikan oleh Halima.

"Pinjam uang sekolah untuk modal usaha? Kok kita tidak diberi tahu? Kita kan tim?"

"Nah itu dia.." kata Halima, masih sambil tertawa. Mungkin tawa tidak berdaya, mungkin tawa marah, dan mungkin tawa sedih, sama seperti yang kurasakan.

"Masalahnya mereka meminjam atas nama tim, kita tidak diberi tahu. Pihak sekolah bisa saja mengiranya kita semua tahu, dan kita juga akan dapat bagian uang tersebut." Kataku lagi, masih berdiri, masih tertawa, sama seperti tawanya Halima. "Makanya tadi kubilang, ada yang lebih parah dari itu!" Kataku lagi menambahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun