Laptop akhirnya ditutup oleh Liyana, "Pisang acara apa sih? Praktik?" Tanyanya.
"Nggak, buat bisnis sekolah katanya." Jawabku.
"Oh, wow, akhirnya kita punya bisnis. Siapa yang akan menjalankan itu? Aku sih tidak mau, dapat capainya iya, dapat uangnya kagak!" Kata Liyana.
"Beneran berani menolak kamu, kalau diperintah sama sekolah?" Tantangku.
"Ya nggak juga sih..!" Kata Liyana sambil mengedikkan bahunya. "Oh.. pisang buat keripik pakai mesin baru itu ya? Heran deh, kenapa harus beli mesin, kalau gorengnya cuma pisang. Pisang mah, digoreng pakai wajan biasa juga bisa, tidak usah pakai mesin. Toh, di pasar banyak ibu-ibu atau UMKM yang sudah jualan keripik pisang, dan mereka gorengnya pakai wajan biasa, tidak perlu pakai mesin." Kata Liyana lagi.
Halima melihat ke arah Liyana, lalu melihat ke arahku, lalu tersenyum.
"Ah, padahal ada yang lebih parah dari itu." Kataku sambil tersenyum, sambil membereskan buku-buku yang ada di depanku.
"Iyap, betul!" Kata Halima, menimpali.
Liyana yang sepertinya sedang tidak fokus, tidak memperhatikan kata-kata kami berdua. Dia hanya fokus makan kue jalabianya, makanan dari ketan yang dibalut gula. "Jalabia ini gais, dimakan!" Katanya sambil mempersilakan kami makan, sambil dia makan sendiri.Â
"Ayo coba kita lihat pisangnya!" Ajak Liyana kemudian, setelah selesai makan jalabianya.
Liyana lalu bangkit, diikuti aku dan Halima.