Mohon tunggu...
Diana NovitaPermataSari
Diana NovitaPermataSari Mohon Tunggu... Guru - Guru/Pendidik

Menjadi pendidik di salah satu sekolah menengah kejuruan Negeri. Hobi utama membaca, sekarang sedang giat berlatih menulis, dan sangat suka jalan-jalan, kadang kulineran, dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Serial Geng Kopi Dalgona

28 Juni 2023   12:00 Diperbarui: 28 Juni 2023   12:06 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"..nanti kita disuruh ikut bayar cicilannya, lagi? Ah, tidak mau! Nanti kalau aku disuruh ikut bayar cicilannya aku tidak akan mau! Mereka pinjam saja, kita tidak diberitahu!" Kata Liyana sambil tersungut, lalu duduk di kursinya.

Aku yang masih berdiri di depan meja, lagi-lagi hanya tertawa, tawa tanpa mengeluarkan suara. Sama dengan Halima.

"Ya sudah, nanti kalau ada tagihan, bilang saja, kita tidak ikut-ikutan, dan tidak tahu-menahu mengenai hal itu." Kata Halima.

Hening. Liyana tidak mau menanggapi, tapi juga belum bisa menghilangkan ekspresi marah di wajahnya.

Hening berlanjut.

"Lagipula itu katanya sekali mengoperasikan mesin itu minimal harus berapa liter minyak? Sampai 50 Liter ya? Beli minyak langsung sebanyak itu. Beli pisang langsung sebanyak itu, apa sudah tidak salah strategi itu?

Malah tahu ilmu bisnisnya ibu-ibu di pasar, belanja sedikit dulu, uji coba pasar dulu, baru dikembangkan secara bertahap.

Lagipula goreng pisang harus pakai mesin seperti itu, apa tidak mahal nanti jatuhnya? Sedangkan keripik pisang di pasar saja, setengah kilogram dapat Rp 10.000,- atau Rp 12.000,-. Lah ini, digoreng pakai mesin seperti itu, pasti mahal lah jatuhnya, keripik pisangnya! Udah gitu, jenis pisangnya kelihatannya jenis pisang mahal lagi." Kata Liyana lagi.

"Iya, sebenarnya kemarin Tika juga sudah mengingatkan mereka berdua, apa sebaiknya tidak beli pisang yang murahan dulu saja? Satu untuk menekan harga jual, dua untuk uji coba. Maksud Tika, biar dapat banyak manfaat juga. Satu sisi, petani yang pisangnya tidak begitu laku di pasaran, bisa dibuat keripik pakai mesin. Kedua, kalau memang keripiknya jadi, dan bisa dijual, kan kita dapat harga bahan baku yang murah. Intinya, kalau berhasil, petani untung, kita juga untung. Eh, malah mereka tidak mau. Ya Tika juga berpikir, ngapain mengolah pisang yang sudah laku dan harganya sudah mahal? Tapi ya sudah, akhirnya Tika pilih diam." Jawabku, menirukan keterangan Tika kemarin.

Halima dan Liyana masih diam.

"Ya, kalau aku sih, asal mereka tidak membawa-bawa nama kita selama pinjam kemarin, atau nanti ketika mengembalikan uang, itu sudah cukup. Masalah rugi atau tidaknya itu urusan mereka. Ya gimana lagi, maksudku, kita aja tidak diajak diskusi!" Kataku melanjutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun