Konsep-konsep tersebut kini semakin relevan dengan fenomena flexing dan image crafting kemudianmemperoleh muara transmisinya saat ini oleh perkembangan teknlogi digital yang semakin mudah diakses oleh seluruh kalangan individu, karena kedua hal tersebut melibatkan individu yang secara sengaja memainkan peran tertentu dan menampilkan citra diri yang sesuai dengan keinginan mereka.Â
Dalam hal ini, flexing dan image crafting dapat dilihat sebagai strategi yang digunakan oleh individu untuk memperoleh pengakuan sosial dan membangun citra diri yang diinginkan.
Bagaimana kontribusi peran media dalam memengaruhi citra diri dan identitas sosial seseorang. Dalam era digital dan media sosial, individu memiliki lebih banyak kontrol atas presentasi diri mereka dan dapat memperlihatkan citra diri yang diinginkan secara lebih terukur dan terdokumentasi.Â
Oleh karena itu, konsep dramaturgi sosial kemudian diaplikasikan dalam pemahaman terhadap fenomena flexing dan image crafting di era digital oleh individu dan perusahaan yang semakin massif di era digital saat ini.
Analisis Psikologi Narsis Dorongan Flexing dan Image Crafting
Konteks fenomena flexing dan image crafting memberikan informasi tentang bagaimana media sosial memainkan peran penting dalam membentuk citra diri individu dan memengaruhi persepsi orang lain tentang mereka.
Semua kalangan memiliki potensi menggunakan media sosial untuk memamerkan kehidupan glamor mereka dan memperlihatkan aspek-aspek yang menarik dari diri mereka, seperti kecantikan, kekayaan, dan prestasi. Sehingga dampak negatif dari penggunaan media sosial pada mereka, termasuk kecemasan dan ketidakpercayaan diri yang disebabkan oleh perbandingan sosial dan citra diri yang dipromosikan di media sosial.Â
Oleh karena itu, penggunaan media sosial dalam konteks flexing dan image crafting juga dapat menyebabkan tekanan sosial yang signifikan pada remaja dan remaja muda. (Houghton, D. J., dkk. 2018)
Psikologi narsis atau narsisisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pola perilaku atau kepribadian seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang berlebihan dan cenderung merasa superior dari orang lain. Secara umum, narsisisme merujuk pada dorongan yang kuat untuk mencari pengakuan dan penghargaan dari orang lain, serta keinginan untuk memperoleh kekuasaan dan kontrol atas orang lain. (Campbell, W. K., & Miller, J. D., 2011)
Orang yang mengalami narsisisme biasanya memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi, merasa bahwa dirinya unggul dan berhak mendapatkan perhatian khusus dari orang lain. Mereka sering kali merasa bahwa mereka lebih penting dan lebih cerdas dari orang lain, serta cenderung menganggap bahwa peraturan dan norma yang berlaku tidak berlaku bagi mereka. (Malkin, C., 2015).
Namun, di balik kepercayaan diri yang kuat tersebut, orang yang mengalami narsisisme seringkali memiliki kecenderungan untuk merasa tidak aman dan cemas terhadap kritik atau penolakan. Mereka juga cenderung sulit merasakan empati dan berusaha menghindari kerentanan atau kelemahan, dan dapat bersikap manipulatif atau memanfaatkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka.