"Astagfirullah!!" Fidya menjerit karena melihat ibunya terkapar pingsan di mushola. Sebelumnya ibu tidak pernah seperti ini.
"Masya Allah! Kalian mengapa mengganggu ibuku?" teriaknya.
"Kami tidak mengganggu kalian, Hiduplah di kehidupan kalian!! Jangan ganggu kami!" teriaknya lagi.
"Kami mengaji karena Allah yang selalu melindungi kami; kalau kalian tak mau. tutuplah telinga kalian dan hati kalian. Jauhi ibuku!!"
Rindia pun tersadar seketika dan menangis dalam pelukan Fidya anaknya.
"Astagfirullah!!" Â Dia mngucap berkali-kali lagi.Â
"Ibu, mau istirahat di rumah? Kita ga usah jualan ya bu"
"Maafkan ibu ya nak. Hari ini kita berjualan di rumah saja"
"Iya bu"
Fidya membereskan dagangan ibunya di depan garasi rumah itu. Kemudian dia mencari HPnya agar dapat memulai jualan onlinenya. Fidya mengurusi semua kebutuhan ibunya berdagang dan membersihkan peralatan masak. Dia meletakkan Hpnya di atas meja belajarnya yang juga meja tamu. Tiba-tiba menghilang dan ada di lubang angin jendela depan.
Ketika malam tiba. Sepatu-sepatu tentara  berderap makin kencang di tengah malam, di atas loteng kamarnya tak berhenti dan Fidya tidak bisa tidur mendengarnya. Kompor yang padam tiba-tiba menyala sendiri; untung dia terbiasa bangun malam untuk sholat lail. Ketika dia sholat lail bersama ibunya. Ada sesosok putih duduk di mushola kamar. Mereka membiarkan sosok itu berdiam di sana. Mereka tetap melakukan sholat lail semampu mereka dan mengaji.