Mohon tunggu...
Diah Trisnamayanti
Diah Trisnamayanti Mohon Tunggu... Guru - Pengajar, Ibu rumah tangga, Penulis

I had worked as a teacher at about 23 years. I teach Majoring English in SMK MedikaCom Bandung. Sometime I write in my blog, Facebook, Twitter, Linked, Instagram or Wattpad. I write actually in my spare time after teaching my class. I just wanna to try my positive behavior in order that my students will rise them up more better than me. If I had a lot of trouble to giving lesson, I just send my difficulty to Allah S.W.T.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara Sepatu Tentara di Loteng Rumah

5 Juni 2023   16:37 Diperbarui: 5 Juni 2023   19:48 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Balik lah. Ntar dimarahin pak Dudi kite nginep mah, Fid" jawab mereka

 "Alhamdulillah. Bener banget. Emang lu pada baik ya ma gue."

  Tukang mie tektek lewat dan Fidya memesan empat porsi. Tidak diduga, tukang mie tektek tahu cerita sepatu tentara rumah itu. Sambil makan Gilang dan Haris mendengarkan cerita itu

"Kesian si Fidya kalau ada kejadian sesuatu di rumah itu" Gilang bergumam ga jelas, tapi Haris mendengar dengan seksama gumaman Gilang. Dia juga merasa khawatir pada Fidya.

Malam itu memang tidak terjadi sesuatu atau tidak dirasakan karena mereka kelelahan, adzan shubuh; Rindia sudah terbangun. Ketika dia mengambil air wudhu ada sekelebat hitam masuk ke mushola kamar. Rindia menganggap itu hanya imajinasinya. Rindia sholat shubuh dan mengaji di mushola kamar. Tiba-tiba badannya dingin dan dia pingsan qur'an masih terbuka. Fidya yang baru bangun. Dia terkejut melihat ibunya tergeletak di mushola.

"Bu.... ibu kenapa? Astagfirullah! Lailahaillah.. astagfirullah!!" teriaknya. Dia memapah ibunya setelah Rindia siuman. Sejenak Fidya melihat ke sekitarnya. Tidak ada apa-apa. Lalu mengambilkan air minum untuk ibunya. Dia sholat di ruangan yang sama dengan ibunya kemudian mengaji, benar ada rasa merinding seperti ada yang memperhatikan. Dia tidak perduli. Dia selalu membaca al qur'an sampai dengan lima lembar. Setelah itu dia kekamar ibunya. Rindia, sempat tak sadarkan diri. Hanya ketika Fidya mengaji dia kembali tersadar dan mengucap astagfirullah berulang-ulang.

"Ibu kuat ya.."

"Kita akan berjuang meskipun pengganggu itu mengusik kehidupan kita" Ibunya mengangguk-angguk setuju dengan wajah sayu dan memucat. Dia bertekad untuk meminta perlindungan pada Allah.

Fidya membersihkan diri sementara Rindia sudah lebih stabil dan memasak untuk jualan hari itu. Kedai pinggir jalan tol cukup banyak dikenal sopir truk dan mahasiswa rantau yang tidak memiliki uang banyak. Dia ingin menaikan harganya tetapi kadang ingat anaknya yang juga sedang kuliah dan tetangganya yang lebih susah darinya. Makanya semampu dia untuk berjualan makanan dengan harga murah meriah.

Setelah selesai Fidya mandi, Rindia juga membersihkan diri dan berwudhu untuk sholat dhuha sebelum membuka kedai. Fidya merapikan segala sesuatu untuk kuliah dan dagangan ibunya ke baskom peralatan lainnya dalam gerobak.

"ibu, sudah selesai? Ayo kita pergi" teriak Fidya memanggil ibunya dari arah luar. Kenapa ibunya tidak keluar-keluar dan diapun masuk ke dalam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun