Satu hal yang menarik, adalah bahwa pada usia 3-6 tahun ini pula, anak-anak belajar tentang rasa adil dan tidak adil. Nah, tentu saja pengalaman meregulasi emosi semenjak dini akan sangat berpengaruh pada perkembangan pergaulan anak.
Tentu bila kita berkaca pada iklim pengasuhan di negara-negara nordik, mereka menempatkan pengasuhan sebagai tanggungjawab bersama. Tanggung jawab orang tua dan lingkungan.
Sistem kolaborasi lebih diperkenalkan secara luas. Sistem pendidikan di negara-negara yang diakui sebagai negara bermasyarakat dengan tingkat kebahagiaan tinggi tersebut justru membiasakan anak bersosialisasi semenjak dini.
Pola pengasuhan tersebutlah yang kemudian mulai dilirik oleh negara lain untuk mengembangkan karakter anak dalam perspektif kecerdasan sosial. Bahwa individu akan lebih cerdas untuk bertahan hidup bila mereka mampu bertahan dalam sebuah koloni.Â
Namun kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita masih menjumpai anak-anak diperhadapkan pada kompetisi. Kondisi ini telah ada semenjak mereka masih berusia dini. Bahkan tidak jarang anak-anak berkompetisi dengan saudaranya sendiri. Benar atau betul?
Seberapa banyak dari kita pun disuguhi fakta bagaimana ujian di sekolah masih menjadi rujukan prestasi terbaik anak. Situasi ini merupakan faktor yang memicu anak supaya mempunyai pengalaman "lebih eksis" dibanding dengan yang lain. Bukankah kita juga sering menjumpai bagaimana anak-anak diperkenalkan dengan beragam media sosial yang menampilkan anak-anak lain dengan kemampuan glowing mereka.
Faktor inilah yang seringkali mendorong seorang anak untuk berkompetisi menunjukkan bahwa mereka pun mampu melakukan hal yang sama seperti anak lain.
Apakah yang kita lakukan tatkala kita berada ada sebuah lingkungan anak yang kompetitif? Apakah lantas kita menjauhkan anak-anak dari dunia yang pada kenyataannya selalu penuh ragam kompetisi ini? Ga lucu juga donk, yha.
Lalu apakah kompetisi adalah salah? Well, Parents. Ini bukan masalah salah atau benar. Akan tetapi, bagaimana cara pandang kita terhadap kompetisi akan sangat mempengaruhi pola pikir anak-anak.
Pengasuhan memberikan dampak kepada anak, entah itu negatif atau positif. Terletak pada cara kita menunjukkan kepada anak baik secara verbal maupun lewat perilaku sehari-hari.Â
Pada umumnya, anak-anak yang cenderung overly competitive akan menunjukkan sikap yang kasar terhadap teman mereka. Tidak jarang pula ada yang menganggap mereka adalah yang paling charming, paling menarik, paling glowing diantara semua rekannya.