Dim...kau menciumku. Mengapa aku baru menyadarinya. Bodoh sekali kau ini, Reni...
Tapi, mengapa ada yang lain? Saat Alex dulu menciumku rasanya aku sangat marah. Aku gusar, dan aku menamparnya. Mengapa kali ini lain? Ada yang membuatku merasa lain. Mungkinkah ini cinta?
Aku merasakan wajahku menghangat. Mungkinkah memerah? Oh aku malu. Tidak. Ini tidak mungkin. Tapi, oh Tuhan, jantungku semakin berguncang. Apa yang terjadi? Aku jatuh cintakah?
"Hai,..."suara yang tak asing menghampiriku.
Aku mendongakkan kepalaku, dan menemukan Alex di hadapanku saat ini. Mood ku segera berubah. Aku meliriknya, duduk di sampingku, sementara aku tak bergeser atau bergerak sedikit pun.
Rasa jengah segera meliputiku. Sebentar-sebentar aku melihat Dimas yang sibuk melayani pelanggan bersama barista lain.
"Ren, tolong, aku ingin bicara,"ujarnya lembut.
Kupandangi cup coklat hangat yang ada di tanganku. Pikiranku entah melayang kemana. Dan aku tak mengerti mengapa Dimas tak duduk saja menemaniku di sini.
"Ada apa, Lex? Bukankah sudah kukatakan, semua sudah berakhir?"
"Kenapa, Ren? Apakah kau sudah menemukan yang baru?"
"Kalau iya, apa urusanmu? Bukankah kau pun bisa dengan mudah mendapatkan gadis lain di luar sana?"