Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Asrama Putri [Part 2]

15 September 2019   17:57 Diperbarui: 15 September 2019   18:06 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: wallpaperaccess.com

Runi dan Sundari saling berpandangan. Mereka mendengar kata-kata Bu Jannah yang cukup keras dari balik pintu kamar Sundari. 

Kali ini Runi hanya memandangi buku National Geography yang sejak kemarin dibacanya tanpa henti. Sedang Sundari hanya mampu terdiam dengan baju-baju yang dilipatnya rapi, kemudian dimasukkan ke dalam almari kayu jati.

Tak berapa lama, terdengar jeritan dari ruang tamu. Sundari dan Runi bergegas keluar dan mendapatkan tubuh Bu Jannah lemas terkulai dalam pelukan Lyn.

Devi segera menelpon rumah sakit terdekat. Ia tak mau lagi berlambat-lambat. Ia tahu Bu Jannah harus mendapatkan perawatan medis segera. Secepatnya. Dan becak Pak Min bukan solusi yang tepat.

Sundari dan Runi tak mengerti apa yang harus mereka perbuat. Yang mereka tahu ini situasi yang sangat gawat.

Lyn menangis sambil memegang tubuh lemas Bu Jannah. Sementara Devi terus berusaha menghubungi ambulans.  

"Coba telepon Bapak. Minta Bapak ke sini secepatnya,"seru Lyn di tengah kegugupannya.

Tak lama ambulans datang. Segera tubuh Bu Jannah dilarikan ke rumah sakit terdekat. Lyn dan Devi ikut serta. Sementara Runi dan Sundari masih tetap tinggal di asrama. 

Sundari berusaha menghubungi Nala. Tetapi tak ada jawaban. Hanya dering nada tunggu yang panjang. Sundari sangat gelisah. Sungguh gelisah. Tak pernah ia segelisah ini. Ia hanya menggigit jari, berjalan mondar mandir ke samping kanan, lalu ke kiri, kemudian balik ke  kanan lagi.

Ia sangat mencemaskan Bu Jannah. Ia memang tak pernah mengerti mengapa Bu Jannah sangat baik padanya. Begitu baik hingga terkadang Nala dibuat cemburu. amun dibalik kecemburuan Nala, ia tak pernah memusuhi Sundari. Bahkan sejak kedatangan Sundari ke asrama, Nala sangat memperhatikannya, layaknya seorang kakak pada adiknya. Siapa pun yang mencoba mengganggu atau mengejeknya, meski itu hanya bercanda, Nala adalah orang yang pertama kali membelanya.

"Kriiiing" dering telepon membangunkan lamunannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun