Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Asrama Putri [Part 2]

15 September 2019   17:57 Diperbarui: 15 September 2019   18:06 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: wallpaperaccess.com

"Ngiiiik," suara pagar terbuka. 

Devi pulang. Tapi ia tak sendirian. Turun dari sebuah mobil bermerk mewah. Hitam mengkilap. Tak pernah Devi pulang diantar. Biasanya ia naik becak dari tempat kerjanya yang tak jauh dari rumah.

"Siapa dia, Devi? " tanya Bu Jannah.

"Mas Pram, Ibu," jawab Devi ragu.

"Pramono lagi? Kenapa kamu masih berhubungan dengan dia, to, Nduk. Bapak sama Ibu kan sudah bilang. Berhenti berhubungan dengan laki-laki yang sudah punya anak dua itu,"

Devi terdiam. Tak sepatah kata pun terucap untuk menyanggah segala marah dari Bu Jannah. Kepalanya tertunduk. 

Ia tahu, sungguh ia tahu, ibu yang berdiri di hadapannya ini akan marah jika ia mengulang kembali hubungan asmara dengan bos besar koleganya itu. Tapi, entahlah. Ada rasa nyaman jika ia di dekat Pram. Bukan harta bendanya, bukan pemberian jam tam tangan mahal bermerk Gucci yang didapatnya secara cuma-cuma dari Pram.

Bukan kenyaman naik mobil mewah ber-AC milik Pram yang siap siaga mengantar dan menjemputnya kapan pun ia mau. Bukan pula setiap sepatu dan baju mahal oleh-oleh Pram, jika Pram pergi mengurusi bisnisnya di Australia. Bukan. Bukan itu semua.

Bagi Devi, cukuplah menikmati becak yang mengantar dan menjemputnya dari kantor. Cukuplah baginya mempunyai jam tangan yang ia beli dari mall kecil di kotanya. Cukuplah baginya dengan semua baju dan sepatunya. 

Malahan ia lebih senang jika pulang membawakan martabak asin dan manis pesanan teman-teman asramanya. Ia lebih senang jika mereka bersama pergi ke taman kota, hanya untuk memberi makan kelinci dan kijang yang dibiarkan liar di sana.

Ia tahu, Ibu Jannah nya pasti akan terluka. Ia tahu semua ini pun tak ingin ia lakukan Tapi entahlah. Pram mampu memberikan rasa nyaman yang hilang. Hilang? Jika ada yang hilang, pasti ada yang pernah ia punyai. Tapi apa? Entahlah. Devi terbenam dalam segala kepenatan rasa kesal. Ya, ia sangat kesal. Ia harus mencari apa yang hilang, apa yang pernah ia miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun