Bagi Nala, Pak Maman dan Bu Jannah adalah orang tua yang hilang dan tak pernah dikenali selama hidupnya. Hingga saat ini Nala menjadi wanita mandiri.Â
Maka tak heran Nala yang pertama berdiri dan dengan uraian air mata, ia menjerit tak terima pernyataan Pak Maman.
"Bapak jahaaaat!" teriak Nala. "Kenapa? Hanya karena Ibu tak bisa punya anak? Bukankah kami pun anak-anak Bapak? Kenapa? Kenapa Bapak?"
Tak jua sepatah kata pun keluar dari mulut bijak Sudarman Wiryopranoto. Nala menghambur pergi dari halaman belakang, disusul Bu Jannah yang juga tak mampu menahan sedih dan air mata yang tertumpah.
Keheningan tercipta di ruang itu. Benar-benar hening. Sepi. Semua tak ada yang berani bertanya tentang alasan Pak Maman yang ingin menikah lagi.
Satu per satu meninggalkan Pak Maman yang berdiam dalam kebekuan malam. Bahkan Mbok Tum yang sering dipanggil Budhe pun juga tak berani mendekati ruang yang biasanya hangat dengan canda dan tawa anak-anak asrama putri.
Selasa malam itu asrama putri kembali sepi.
*Solo, saat hati ini ingin menyeka luka dengan cerita cinta. Ini cerbung, silahkan tunggu lanjutnya esok hari.... :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H