Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Asrama Putri

14 September 2019   20:57 Diperbarui: 14 September 2019   21:01 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Beberapa benda antik tertata apik di ruang yang terkesan kecil dan sempit. Semua foto yang menempel di dinding menunjukkan wajah-wajah kuno, bukan foto seperti jaman sekarang. 

Tak lama, keluar seorang wanita tua berbaju kebaya. Senyum manisnya membawa keteduhan tersendiri bagi Sundari. 

Setelah membaca sepucuk surat dari neneknya, mata wanita itu berkaca-kaca. Apa gerangan yang ditulis neneknya, Sundari pun tak ingin tahu lebih banyak, namun yang pasti, wanita itu lalu menuntunnya menuju sebuah kamar, yang letaknya tak jauh dari ruang tamu tadi. 

"Kamu, boleh tinggal di sini. Ini kamarmu," kata ibu Jannah.

Sundari lega. Akhirnya ia menemukan tempatnya berteduh. Ia bukan gadis yang mendambakan kemewahan. Kamar itu hanya mempunyai satu tempat tidur, satu almari, dan satu meja untuk belajar di dekat almari. Semua terbuat dari kayu jati kuno.

"Nanti sore, ada acara berkumpul bersama. Tiap Selasa sore, ibu pengen semua berkumpul di halaman belakang. Itu harus. Wajib," ujar Bu Jannah tegas.

Dalam hitungan hari Sundari mulai mengenal satu per satu penghuni asrama tersebut.

Ternyata gadis yang dipanggil Lyn punya nama agak sedikit panjang, Evelyn Purnama. Gadis itu sangat ramah, seluruh asrama mengenalnya. Mata sipit, kulit yang lebih cerah dari yang lain, rambutnya hitam lurus legam, dan logat bicara yang terdengar mempunyai aksen yang sedikit berbeda, membuatnya mudah dikenal oleh siapa pun. Sungguh tampak jelas ia keturunan Tionghoa.

Bagi Sundari, Lyn seperti putri Babah Ong yang ternama dengan warung Chinese Food di kampungnya.

Ada lagi Devi. Ia tak terlalu ramah. Devi adalah wanita muda yang terlihat sangat mandiri. Sangat jauh berbeda dari Lyn. Devi terlihat begitu dewasa. Pekerjaannya di sebuah agen properti. Setiap pagi ia selalu berpenampilan lebih rapi dari pada semua penghuni asrama putri Bu Jannah lainnya.

Devi lebih tersohor di kalangan para lelaki. Maklum saja. Ia sesosok wanita yang berparas cukup cantik, bertubuh langsing, dan berpenampilan selalu menarik. Jika ia tersenyum, sepertinya dunia ini pun runtuh. Namun senyum itu sangat mahal, kata teman-temannya. Ia terkenal sebagai seorang wanita yang sangat pendiam. Berbicara seperlunya saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun