Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Asrama Putri

14 September 2019   20:57 Diperbarui: 14 September 2019   21:01 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

"Jangan,"teriak Runi. Tiba-tiba ia melompat menghalangi Devi yang sudah memegang sandal untuk membunuh kecoa itu.

"Itu, kecoa, Runi. Kasihan apa?" sahut Devi tak kalah jengkel.

"Itu juga hewan hidup. Bagaimana kalau... Bagaimana kalau..."

"Kalau apa?"sahut Devi makin geram. "Sudah minggir sana!"

"Jangan Kak Devi. Dia bisa terbang sendiri. Dia bisa keluar sendiri, dia ga usah dibunuh,"

Sundari dan Lyn hanya diam menempel di dinding seperti cicak ketakutan. Antara takut kecoa, dan takut pertengkaran dua sahabat ini berubah menjadi sebuah pertempuran yang sengit.

"Itu kecoa juga punya keluarga, Kak Dev. Masak Kakak ga kasihan. Biarin hidup knp sih?"

"Itu kecoa, hanya kecoa, binatang menjijikan tak berguna, Runi. Minggir....minggir...," desak Devi yang tak mau kalah, masih dengan sandal sebelah yang ada di tangan kanannya.

"Engga, biar dia hidup!" teriak Runi tak mau kalah.

Tiba-tiba, Pak Maman, suami Bu Jannah masuk dan mengambil kecoa yang sedari tadi pun masih menantikan vonis hidupnya dari pertikaian dua manusia bernama Devi dan Runi.

Tak ada yang berani melarang Pak Maman. Melihat sekelebat Pak Maman, maka meredalah pertikaian Devi dan Runi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun