YANG DIKATAKAN SEBAGAI BAGIAN
             DARI PERASAAN
   (Which is Said to be Part of the Feeling)
                Alifatudhiya
     Program Studi Ilmu Komunikasi      Hubungan Masyarakat, Universitas Islam        Negeri Sunan Gunung Djati
 Corresponding author :          dum4cc185@gmail.com
Abstract
Emotions (feelings) play a crucial role in guiding humans through challenges, such as danger, loss, decision-making, and building relationships. Emotional agility is a form of emotional agility, which is used to help people adjust well to chronic illnesses and disabilities, and build meaningful and fulfilling lives even in the face of serious ongoing health problems. In this article, it will be discussed about the feeling of flat which is said to be part of emotions. The research method used in this article is descriptive qualitative, with data collection that fully refers to literature sources from relevant books. In addition, case studies will be used to provide a concrete picture of Flat Emotion.
Keywords: Emotions, Flat Emotions
Abstrak
Emosi (perasaan) memainkan peran penting dalam memandu manusia melewati berbagai tantangan, seperti bahaya, kehilangan, pengambilan keputusan, dan membangun hubungan. Ketangkasan emosi adalah suatu bentuk ketangkasan emosional, yang digunakan untuk membantu orang menyesuaikan diri dengan baik terhadap penyakit kronis dan kecacatan, serta membangun kehidupan yang bermakna dan memuaskan bahkan ketika menghadapi masalah kesehatan yang serius. Pada artikel ini, akan dibahas mengenai perasaan datar yang dikatakan sebagai bagian dari emosi. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah deskriptif kualitatif, dengan pengumpulan data yang sepenuhnya mengacu pada sumber-sumber literatur dari buku-buku yang relevan. Selain itu, studi kasus akan digunakan untuk memberikan gambaran konkret mengenai Perasaan datar.
Kata kunci: Emosi, Perasaan datar
PENDAHULUAN
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak (berasal dari akar kata Latin "motere" yang berarti bergerak). Emosi tidak bersifat bawaan dan tidak memiliki "sidik jari" biologis tetap. Setiap emosi memiliki tanda biologis unik yang mempersiapkan tubuh untuk respons spesifik terhadap situasi tertentu. Emosi tidak bisa ditetapkan dalam satu pola, banyak konteks yang menentukan pengalaman emosional seseorang. Contohnya dari pengalaman di masa lalu, sensasi tubuh, dan konteks sosial. Emosi juga memiliki fungsi yang mendalam dalam membimbing manusia menghadapi tantangan, seperti bahaya, kehilangan, pengambilan keputusan dan membangun hubungan. Emosi juga berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terhadap ancaman fisik dan psikologis, dan fungsi yang terakhir yaitu memfasilitasi komunikasi non verbal dan empati antar individu. Emosi tiap individu dapat memiliki perbedaan dimana salah satu penyebabnya yaitu budaya, konsep budaya, dan norma budaya memengaruhi bagaimana kita memahami dan mengekspresikan emosi.
Otak diibaratkan seperti dapur dengan bahan-bahan utama yang digunakan untuk "memasak" berbagai emosi dan pengalaman. Tidak ada satu jalur spesifik di otak untuk setiap emosi, justru hal tersebut memiliki variasi. Namun, itu adalah hal yang wajar. Otak menciptakan emosi dengan mengintegrasikan sensasi tubuh dan konteks dunia luar. Ini adalah proses aktif, bukan hanya reaksi pasif. Otak manusia membangun persepsi dunia melalui simulasi. Pengalaman masa lalu menjadi dasar bagi otak untuk memprediksi dan memberikan makna pada sensasi baru.Â
Neuron berperan sebagai efektor dan otak sebagai pusat pemrosesan sinyal akan menggabungkan pengetahuan tentang apa yang pernah kita lihat atau rasakan sebelumnya. Contoh implementasi dari teori tersebut adalah ketika kita memikirkan sebuah apel merah. Kita membayangkan apel itu ada, mengigitnya, dan merasakan rasanya yang asam. Pada saat itu, neuron-neuron menembak di daerah sensorik dan motorik otak Anda. Neuron motorik ditembakkan untuk menghasilkan gerakan Anda, dan neuron sensorik ditembakkan untuk memproses sensasi Anda terhadap apel tersebut, seperti warnanya yang merah dengan rona hijau; teksturnya yang lembut di tangan Anda; aroma bunga yang segar; suara kerenyahan yang terdengar saat Anda menggigitnya; dan rasanya yang tajam dengan sedikit rasa manis. Neuron lainnya membuat mulut Anda berair untuk melepaskan enzim dan memulai pencernaan, melepaskan kortisol untuk mempersiapkan tubuh Anda memetabolisme gula di dalam apel, dan mungkin membuat perut Anda sedikit bergejolak. Tapi inilah hal yang keren: barusan, saat Anda membaca kata "apel". Otak Anda mensimulasikan apel yang tidak ada dengan menggunakan neuron sensorik dan motorik. Simulasi terjadi secepat dan secara otomatis seperti detak jantung.
Di berbagai pembahasan tentang emosi, emosi yang diketahui ada 10 (emosi dasar), yaitu : joy (gembira), surprise (terkejut), anger (marah), contempt (mengejek), shame (malu), interest (tertarik), sadness (sedih), disgusting (jijik), fear (takut), guilt (merasa salah). Tetapi ada 1 perasaan yang secara materi ia ada, namun secara realita ia banyak yang merasakan "tak ada". Yaitu perasaan flat (datar). Perasaan ini biasa dialami oleh beberapa orang, dimana seseorang yang mengalami perasaan ini merasakan kebingungan dalam menyampaikan emosi yang ia rasakan, disebut senang tidak, disebut sedih juga tidak. Dengan pembahasan tersebut melewati artikel ini, akan dibahas mengenai perasaan flat yang katanya ini juga bagian dari emosi (perasaan).
METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini bersifat deskriptif kualitatif, dengan pengumpulan data yang sepenuhnya merujuk pada sumber literatur dari buku-buku relevan. Pemilihan referensi dilakukan berdasarkan relevansi terhadap topik kajian, yang meliputi analisis teori dan konsep-konsep yang dijelaskan dalam literatur utama.
Selain itu, studi kasus akan digunakan untuk memberikan gambaran konkret mengenai Flat Emotion. Dengan mempelajari beberapa contoh pengalaman hidup, history yang telah berhasil dalam mengelola emosi. Penelitian ini akan mengungkap bagaimana Flat Emotions bisa termasuk kedalam bagian emosi.
 Â
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perasaan flat juga merupakan bagian dari emosi, meskipun perasaan ini membuat individu merasa kebingungan dengan apa yang ia rasakan, karena mereka mengalami emosi yang campur aduk, disebut bahagia tidak, disebut sedih tidak. Namun, pada intinya reaksi yang timbul karena kita merespon sesuatu itu adalah bentuk dari emosi, maka dari itu kenapa "flat" tetap disebut bagian dari emosi.
Penyebab dari emosi flat ini biasanya terkait pengalaman, entah itu masa lalu atau sekarang. Namun, kebanyakan flat ini terjadi karena pengalaman masa lalu seseorang. Pengalaman masa lalu seperti diabaikan, disakiti secara verbal, diberi tekanan, ditolak, ditinggalkan, dianiaya secara psikologis. Dan ternyata dampak besarnya diberikan oleh keluarga, khusus nya orang tua. Orangtua yang mengabaikan anaknya, memberi kritik berlebihan, menuntut anaknya untuk memenuhi ekspektasi yang tinggi, bersikap dingin terhadap anak, tidak responsif, tidak memberikan kasih sayang, mencegah anak berpartisipasi dalam kegiatan sosial, mengancam anak dengan hukuman yang berat. Hal-hal tersebut yang bisa memicu emosi "flat" ini tumbuh pada individu.
Emosi flat ini juga bisa disebut sebagai "trapped happiness". Di dalam hidup ini, kita selalu berusaha untuk mencari kebahagiaan, padahal semakin lama kita hidup, akan semakin banyak kita merasakan penderitaan dalam berbagai bentuk. Tetapi, tetap saja di dunia ini manusia tidak habisnya dalam mencari "kebahagiaan". Namun, apa sebenarnya kebahagiaan itu ?, kebahagiaan biasanya digambarkan sebagai perasaan baik, perasaan yang gembira, senang, puas, atau menyenangkan. Orang Yunani kuno memiliki kata khusus untuk kehidupan yang didasarkan pada pengejaran perasaan bahagia : hedemonia, yang menjadi asal kata hedonisme (mencari kesenangan).
Emosi manusia semuanya bersifat sementara, ia datang dan pergi. Tidak peduli seberapa besar kita mempertahankannya, perasaan itu tidak akan bertahan lama.
Pembahasan:
1. Flat emotion
Perasaan ini seringkali digambarkan sebagai perasaan datar, hampa, atau kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya menyenangkan. Ini seperti mengalami mati rasa secara emosional, di mana emosi-emosi yang biasanya kita rasakan, seperti senang, sedih, marah, atau takut, seolah-olah teredam atau tidak ada sama sekali. Perasaan ini besar penyebab pemicunya karena pengalaman masa lalu yang buruk. Penting untuk diingat bahwa perasaan flat adalah hal yang normal untuk dialami sesekali. Namun, jika perasaan ini berlangsung lama dan mengganggu kehidupan sehari-hari, sebaiknya mencari bantuan profesional atau mendalami kajian yang membahas tentang flat emotion ini.
2. Terkait mitos: "Jika anda tidak bahagia, berarti anda cacat"
Masyarakat Barat biasanya yang paling berasumsi bahwa penderitaan psikologis adalah hal yang tidak normal. Tetapi, tidak menutup kemungkinan juga masyarakat Asia memiliki asumsi tersebut. Hidup itu sulit dan penuh tantangan, akan aneh jika kita merasa bahagia terus menerus. Hal-hal yang membuat hidup bermakna datang dengan berbagai macam perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Jadi, terkait mitos tersebut adalah sebuah masalah besar jika anda mempercayainya, karena hampir mustahil untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.
3.Definisi Kekerasan dan Pengabaian Emosional
Kekerasan adalah kata yang sangat kuat secara emosional. Biasanya, kekerasan menyiratkan niat atau bahkan niat jahat dari pihak pelaku kekerasan. Namun dalam konteks ini, kekerasan yang dimaksud adalah kekerasan secara emosional. Kekerasan emosional terhadap anak adalah pola perilaku yang menyerang perkembangan emosional dan harga diri anak. Karena kekerasan emosional memengaruhi harga diri anak, korban akan memandang dirinya tidak layak mendapatkan cinta dan kasih sayang. Kekerasan emosional mencakup tindakan dan kelalaian oleh orang tua atau pengasuh, dan dapat menyebabkan gangguan perilaku, kognitif, emosional, atau mental yang serius pada anak. Bentuk penganiayaan ini meliputi kekerasan verbal (kritikan berkala, ejekan, menyalahkan, meremehkan, menghina, menolak), menuntut anaknya untuk memenuhi ekspektasi yang tinggi, bersikap dingin terhadap anak, tidak responsif, tidak memberikan kasih sayang, mencegah anak berpartisipasi dalam kegiatan sosial, mengancam anak dengan hukuman yang berat.Â
Pengabaian adalah kata yang bahkan lebih disalahpahami dan dapat terwujud secara fisik dan emosional. Pengabaian fisik mencakup kegagalan orang tua atau pengasuh utama untuk memenuhi kebutuhan fisik dasar anak (makanan, air, tempat tinggal, perhatian terhadap kebersihan) serta kebutuhan emosional, sosial, lingkungan, dan medisnya. Pengabaian fisik juga mencakup kegagalan untuk menyediakan pengawasan yang memadai. Pengabaian emosional mencakup kegagalan dalam memberikan pengasuhan dan dukungan positif yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan emosional dan psikologis anak, yaitu memberikan sedikit atau tidak ada cinta, dukungan, atau bimbingan. Ini mencakup kurangnya perhatian terhadap kebutuhan anak akan pengakuan, kasih sayang, dan dukungan emosional (tidak tertarik pada perasaan, aktivitas, dan masalah anak).
Meskipun sebagian besar kekerasan dan pengabaian emosional tidak disengaja oleh orang tua, terkadang orang tua sengaja menyakiti anak-anak mereka dengan cara-cara ini. Penganiayaan psikologis adalah istilah yang digunakan oleh para profesional untuk menggambarkan serangan terpadu oleh orang dewasa terhadap perkembangan anak. diri dan kompetensi sosial-pola perilaku yang merusak secara psikis. Terkadang masuk dalam kategori pelecehan emosional.
4.Depresi dan Kecemasan
Di dalam buku Lost Connections: Uncovering the Real Causes of Depression and the Unexpected Solutions karya Johann Hari, yang berfokus pada pertanyaan mendasar: apa penyebab sebenarnya depresi dan kecemasan, serta bagaimana cara mengatasinya?. Johann Hari, seorang jurnalis pemenang penghargaan, telah mengalami depresi sejak kecil. Pada masa remaja, ia mulai mengonsumsi antidepresan berdasarkan diagnosa dokter yang menyatakan masalahnya berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak. Namun, ketika dewasa dan mempelajari ilmu sosial, Hari menemukan bahwa hampir semua anggapan umum tentang depresi dan kecemasan itu salah. Â
Dalam perjalanan penelitiannya, ia mewawancarai ilmuwan sosial dari berbagai negara yang membuktikan bahwa penyebab utama depresi dan kecemasan bukanlah ketidakseimbangan kimiawi, melainkan kondisi hidup modern yang bermasalah. Penelitian ini membawanya ke berbagai tempat, mulai dari Baltimore hingga komunitas Amish di Indiana, di mana ia menemukan fakta-fakta yang mengejutkan tentang penyebab dan solusi potensial untuk depresi.
Perasaan yang flat terikat oleh pikiran, perasaan, dan perilaku yang tidak bermanfaat bagi kita, hal ini juga dikaitkan dengan berbagai penyakit psikologis, termasuk depresi dan kecemasan
5. Acceptance and Commitment Therapy (ACT)
Sebuah pendekatan berbasis sains dengan lebih dari 3000 studi yang diterbitkan yang menunjukkan keefektifannya. ACT (diucapkan sebagai kata act) dikembangkan di Amerika Serikat pada pertengahan 1980-an oleh psikolog Steven C. Hayes dan rekan-rekannya Kelly Wilson dan Kirk Strosahl. Sejak saat itu, ACT telah menyebar ke seluruh dunia. Saat ini, ada ratusan ribu psikolog, terapis, konselor, pelatih, dan dokter yang mempraktikkan ACT di puluhan negara berbeda, mulai dari Amerika Serikat, Inggris, dan Uganda hingga India, india, dan Iran. Salah satu alasan semakin populernya ACT adalah karena ACT sangat efektif dalam membantu orang dengan berbagai macam masalah, mulai dari depresi, kecanduan, dan gangguan kecemasan hingga psikosis, nyeri kronis, dan trauma. Namun, ACT bukan hanya pengobatan untuk gangguan psikologis; ACT juga juga digunakan untuk membantu orang menyesuaikan diri dengan baik terhadap penyakit kronis dan disabilitas, serta membangun kehidupan yang bermakna dan memuaskan bahkan dalam menghadapi masalah kesehatan serius yang sedang berlangsung. Dan di atas semua itu, terapi ini banyak digunakan oleh angkatan bersenjata, layanan darurat, departemen pemerintah, tim olahraga profesional dan atlet Olimpiade, bisnis, rumah sakit, dan sekolah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, mengurangi stres, meningkatkan kinerja, dan meningkatkan ketahanan.
Sebagai contoh ACT dalam kehidupan sehari-hari, ketika seorang mahasiswa merasa cemas menghadapi Ujian Akhir Semester, langkah awal yang harus dilakukan adalah menerima atau memvalidasi perasaan cemas tersebut adalah respons alami terhadap situasi penting, alih-alihnmencoba menyingkirkannya (denial). Dalam situasi ini juga bisa dibantu dengan latihan fokus pada nafas untuk mengurangi reaktivitas emosional terhadap kecemasan, langkah ini disebut juga dengan penerimaan (Acceptance). Langkah selanjutnya adalah tahap Komitmen pada Nilai (Commitment), pahami kembali bahwasanya sebagai seorang mahasiswa sudah kewajiban untuk belajar dengan sungguh-sungguh, karena itu bagian dari nilai "pendidikan" dan "tanggung jawab pribadi". Dalam situasi ini, meskipun merasa cemas, ia tetap membuat jadwal belajar yang realistis dan konsisten.
6. Keketahanan menjadi Ketangkasan
Reaksi yang kaku mungkin muncul karena kita mempercayai cerita lama yang merugikan diri sendiri yang sudah kita ceritakan kepada diri sendiri sejuta kali: "Saya pecundang," atau "Saya selalu bertindak salah," atau "Saya selalu menyerah ketika saatnya berjuang untuk apa yang pantas saya dapatkan". Semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa kekakuan emosional terikat oleh pikiran, perasaan, dan perilaku yang tidak bermanfaat bagi kita, dikaitkan dengan berbagai penyakit psikologis, termasuk depresi dan kecemasan. Namun, ketangkasan emosional bukanlah tentang mengendalikan pikiran atau memaksa diri untuk berpikir lebih positif. Karena penelitian juga menunjukkan bahwa mencoba membuat orang mengubah pikiran mereka dari, misalnya, yang negatif ("Saya akan mengacaukan presentasi ini") menjadi positif ("Lihat, saya akan melakukannya dengan baik"), biasanya tidak berhasil, dan malah bisa menjadi kontraproduktif. Ketangkasan emosional tidak hanya bermanfaat bagi orang yang berjuang menghadapi kesulitan pribadi. Ketangkasan emosional juga memanfaatkan berbagai disiplin ilmu dalam psikologi yang mengeksplorasi karakteristik orang yang sukses dan berkembang, termasuk orang seperti Frankl, yang mampu bertahan dari kesulitan besar dan terus melakukan hal-hal hebat
Kelincahan emosional adalah tentang melonggarkan, menenangkan diri, dan menjalani hidup dengan lebih banyak tujuan. Ini tentang memilih bagaimana Anda akan menanggapi sistem peringatan emosional Anda. Ini mendukung pendekatan yang dijelaskan oleh Viktor Frankl, psikiater yang selamat dari kamp kematian Nazi dan kemudian menulis Man's Search for Meaning, tentang menjalani kehidupan yang lebih bermakna, kehidupan di mana potensi manusia kita dapat terpenuhi: Antara stimulus dan respons ada ruang. Di ruang itu ada kekuatan kita untuk memilih respons kita. Dalam respons kita terletak pertumbuhan dan kebebasan kita. Dengan membuka ruang antara perasaan Anda dan tindakan yang Anda lakukan terhadap perasaan tersebut, kelincahan emosional terbukti dapat membantu orang menghadapi berbagai masalah: citra diri yang negatif, patah hati, rasa sakit, kecemasan, depresi, penundaan, transisi yang sulit, dsb. Orang yang tangkas secara emosional bersifat dinamis. Mereka menunjukkan fleksibilitas dalam menghadapi dunia kita yang berubah cepat dan kompleks. Mereka mampu menoleransi tingkat stres yang tinggi dan menanggung kemunduran, sambil tetap terlibat, terbuka, dan reseptif. Mereka memahami bahwa hidup tidak selalu mudah, tetapi mereka terus bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang paling mereka hargai dan mengejar tujuan jangka panjang mereka yang besar. Mereka masih mengalami perasaan marah, sedih, dan sebagainya, siapa yang tidak? tetapi mereka menghadapinya dengan rasa ingin tahu, belas kasih terhadap diri sendiri, dan penerimaan. Dan alih-alih membiarkan perasaan ini menggagalkan mereka, orang yang tangkas secara emosional secara efektif mengarahkan diri mereka sendiri dengan segala kekurangan menuju ambisi mereka yang paling tinggi.
KESIMPULANÂ Â
Emosi adalah mekanisme penting yang membentuk respons kita terhadap dunia. Flat emotions adalah kondisi emosi yang terasa hampa, atau tidak jelas, biasanya dipicu oleh pengalaman masa lalu yang negatif, seperti pengabaian atau kekerasan emosional. Selain itu budaya dan norma sosial juga memengaruhi cara kita memhami dan mengekspresikan emosi. Perasaan ini tetap disebut sebagai emosi karena merupakan respons trhadap pengalaman tertentu. Pendekatan seperti ACT dan ketangkasan emosional menawarkan cara efektif untuk menghadapi tantangan emosional, membantu individu menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan seimbang.
UCAPAN TERIMA KASIHÂ
Penulis mengucapkan terimakasih terutama kepada diri sendiri karena telah menyelesaikan penelitian ini dalam waktu yang singkat. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian penelitianini, walaupun secara tidak langsung.
DAFTAR PUSTAKA
David, Susan A. (2016). Kelincahan Emosional: melepaskan diri dari kebuntuan, merangkul perubahan, dan berkembang dalam pekerjaan dan kehidupan. New York: Avery.Â
Lisa Feldman Barret, PhD. (2021). Bagaimana Emosi Tercipta. HarperCollins Publisher.Â
Daniel Goleman. (1995). Kecerdasan Emosional. Bantam Books.Â
Johann Hari. (2018). Ringkasan: "Hubungan yang Hilang: Mengungkap Penyebab Sesungguhnya dari Depresi dan Solusi yang Tak Terduga". Bestof.me
Russ Harris. (2022). Perangkap Kebahagiaan: Bagaimana Berhenti Berjuang dan Mulai Hidup. Shambala Publications.Â
Beverly Angel. (2006). Menyembuhkan Diri Emosional Anda: Program yang Ampuh untuk Membantu Anda Meningkatkan Harga Diri, Berhenti Mengkritik Diri Sendiri, dan Mengatasi Rasa Malu. John Wiley & Sons, Inc.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H