Penyebab dari emosi flat ini biasanya terkait pengalaman, entah itu masa lalu atau sekarang. Namun, kebanyakan flat ini terjadi karena pengalaman masa lalu seseorang. Pengalaman masa lalu seperti diabaikan, disakiti secara verbal, diberi tekanan, ditolak, ditinggalkan, dianiaya secara psikologis. Dan ternyata dampak besarnya diberikan oleh keluarga, khusus nya orang tua. Orangtua yang mengabaikan anaknya, memberi kritik berlebihan, menuntut anaknya untuk memenuhi ekspektasi yang tinggi, bersikap dingin terhadap anak, tidak responsif, tidak memberikan kasih sayang, mencegah anak berpartisipasi dalam kegiatan sosial, mengancam anak dengan hukuman yang berat. Hal-hal tersebut yang bisa memicu emosi "flat" ini tumbuh pada individu.
Emosi flat ini juga bisa disebut sebagai "trapped happiness". Di dalam hidup ini, kita selalu berusaha untuk mencari kebahagiaan, padahal semakin lama kita hidup, akan semakin banyak kita merasakan penderitaan dalam berbagai bentuk. Tetapi, tetap saja di dunia ini manusia tidak habisnya dalam mencari "kebahagiaan". Namun, apa sebenarnya kebahagiaan itu ?, kebahagiaan biasanya digambarkan sebagai perasaan baik, perasaan yang gembira, senang, puas, atau menyenangkan. Orang Yunani kuno memiliki kata khusus untuk kehidupan yang didasarkan pada pengejaran perasaan bahagia : hedemonia, yang menjadi asal kata hedonisme (mencari kesenangan).
Emosi manusia semuanya bersifat sementara, ia datang dan pergi. Tidak peduli seberapa besar kita mempertahankannya, perasaan itu tidak akan bertahan lama.
Pembahasan:
1. Flat emotion
Perasaan ini seringkali digambarkan sebagai perasaan datar, hampa, atau kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya menyenangkan. Ini seperti mengalami mati rasa secara emosional, di mana emosi-emosi yang biasanya kita rasakan, seperti senang, sedih, marah, atau takut, seolah-olah teredam atau tidak ada sama sekali. Perasaan ini besar penyebab pemicunya karena pengalaman masa lalu yang buruk. Penting untuk diingat bahwa perasaan flat adalah hal yang normal untuk dialami sesekali. Namun, jika perasaan ini berlangsung lama dan mengganggu kehidupan sehari-hari, sebaiknya mencari bantuan profesional atau mendalami kajian yang membahas tentang flat emotion ini.
2. Terkait mitos: "Jika anda tidak bahagia, berarti anda cacat"
Masyarakat Barat biasanya yang paling berasumsi bahwa penderitaan psikologis adalah hal yang tidak normal. Tetapi, tidak menutup kemungkinan juga masyarakat Asia memiliki asumsi tersebut. Hidup itu sulit dan penuh tantangan, akan aneh jika kita merasa bahagia terus menerus. Hal-hal yang membuat hidup bermakna datang dengan berbagai macam perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan. Jadi, terkait mitos tersebut adalah sebuah masalah besar jika anda mempercayainya, karena hampir mustahil untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.
3.Definisi Kekerasan dan Pengabaian Emosional
Kekerasan adalah kata yang sangat kuat secara emosional. Biasanya, kekerasan menyiratkan niat atau bahkan niat jahat dari pihak pelaku kekerasan. Namun dalam konteks ini, kekerasan yang dimaksud adalah kekerasan secara emosional. Kekerasan emosional terhadap anak adalah pola perilaku yang menyerang perkembangan emosional dan harga diri anak. Karena kekerasan emosional memengaruhi harga diri anak, korban akan memandang dirinya tidak layak mendapatkan cinta dan kasih sayang. Kekerasan emosional mencakup tindakan dan kelalaian oleh orang tua atau pengasuh, dan dapat menyebabkan gangguan perilaku, kognitif, emosional, atau mental yang serius pada anak. Bentuk penganiayaan ini meliputi kekerasan verbal (kritikan berkala, ejekan, menyalahkan, meremehkan, menghina, menolak), menuntut anaknya untuk memenuhi ekspektasi yang tinggi, bersikap dingin terhadap anak, tidak responsif, tidak memberikan kasih sayang, mencegah anak berpartisipasi dalam kegiatan sosial, mengancam anak dengan hukuman yang berat.Â
Pengabaian adalah kata yang bahkan lebih disalahpahami dan dapat terwujud secara fisik dan emosional. Pengabaian fisik mencakup kegagalan orang tua atau pengasuh utama untuk memenuhi kebutuhan fisik dasar anak (makanan, air, tempat tinggal, perhatian terhadap kebersihan) serta kebutuhan emosional, sosial, lingkungan, dan medisnya. Pengabaian fisik juga mencakup kegagalan untuk menyediakan pengawasan yang memadai. Pengabaian emosional mencakup kegagalan dalam memberikan pengasuhan dan dukungan positif yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan emosional dan psikologis anak, yaitu memberikan sedikit atau tidak ada cinta, dukungan, atau bimbingan. Ini mencakup kurangnya perhatian terhadap kebutuhan anak akan pengakuan, kasih sayang, dan dukungan emosional (tidak tertarik pada perasaan, aktivitas, dan masalah anak).