Mohon tunggu...
Dhea Nurfina Salsabilla
Dhea Nurfina Salsabilla Mohon Tunggu... Freelancer - Dhea Nurfina_XII MIPA 1

Never stop learning, because life never stop teaching~

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Takdir Berkata Lain

25 Februari 2022   23:50 Diperbarui: 26 Februari 2022   00:00 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“Yampun! Sherly bangun ya lo! Kebo dasar!” teriak Salsa sambil mengguncang-guncangkan badanku.

“Sebentar saja Sal. 15 menit lagi. eh 5 menit deh!” jawabku dari balik selimut.

“Ya ya terserah. Gue mau beli sarapan duluan byeee!” balas Salsa dengan langkah kaki menjauh.

“Eh tungguin dong! Sal woii!” balasku setengah berteriak dan segera berlari keluar menyusul Salsa.

Setelah sarapan kami mendapat info bahwa Sandra masuk rumah sakit dan tidak sadarkan diri. Dan tentu saja kami segera bergegas untuk pulang. Namun semesta berkehendak lain seperti tidak merestuinya hari ini angin sangat kencang dan penerbangan ditutup untuk sementara waktu. Mau bagaimana lagi, kita hanya bisa menunggu dan berdoa untuk kebaikan Sandra. Detik demi detik berlalu, 8 jam sudah kita menunggu namun penerbangan belum kembali dibuka. Dan akhirnya kami kembali bermalam disini. Karena cuaca diluar yang tidak mendukung dan saat ini sudah larut malam, yang mana tidak memungkinkan untuk kami bisa pulang dalam keadaan genting ini.

Keesokan harinya, kami sudah mendapat kabar bahwa Sandra telah meninggal. Tidak! Tidak! Ini mungkin hanya mimpi. Kemudian aku segera bangkit dan memastikannya. Tak terhitung sudah berapa balikan aku berjalan, sudah berapa kali aku menanyakannya pada Salsa. Bahkan aku mengguncang tubuhnya dengan keras disertai deraian air mata yang terus keluar. Namun tetap saja ini bukan sekedar bunga tidur. Kami sangat terkejut! Tidak! Kami sangat terpukul mendapat kabar ini! Lalu kami segera bergegas untuk pulang ke rumah. Sesampainya dirumah, kami langsung pergi ke rumah Sandra. Air mata yang sudah sedari tadi kucoba tahan kini sudah keluar tanpa pemberitahuan. Aku semakin menangis dan kini disertai isakan ketika melihat bendera kuning terpasang di rumah Sandra.

Segala macam pertanyaan mulai berkecamuk dikepalaku. Bagaimana tidak? Minggu kemarin Sandra bahkan masih baik-baik saja. Dia masih berlari kesana kemari dengan tawa diwajahnya dan sekarang apa? Apakah hanya aku yang menganggap ini tidak normal? Tidak! ini jelas hanya ilusi saja. Ya aku yakin itu.

“SUDAH CUKUP SHER! KENDALIKAN DIRIMU!!” Teriak Salsa menyadarkanku pada kenyataan pahit ini.

“Lihat itu! Lihat!” lanjutnya sambil menunjuk sebuah keranda didepannya.

“Lihat baik-baik Sher! Sandra sudah pergi sekarang! Biarkan dia pergi dengan tenang!” ucap Salsa dengan nada lebih rendah sambil memegang bahuku erat.  

“Kamu tahu betul Sandra hanya manusia biasa. Mungkin ini yang terbaik menurut-Nya. Kita harus ikhlas agar Sandra bahagia disana sher!” lanjutnya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun