"Aku… err… Kau, kenapa kau pergi dari rumah?" balas wanita yang mengenakan pakaian kantor itu.
"Bukan urusanmu, kurasa," jawabku tanpa melihat ke arahnya.
"Apa kau masih bersama wanita itu?" pertanyaan itu terlontar enteng dari bibirnya. Aku hanya mengangguk. "Apa lagi yang kau sukai dari dia? Dia sudah bukan apa-apa! Hanya orang bodoh yang mau menikah dengannya! Apa kau mau menikah dengan orang yang kondisinya seperti itu?"
"Berhenti mengejarku kalau begitu, Nona Annabelle," sahutku ketus. Kabar baiknya, sebuah taksi lewat dan aku memberhentikannya. "Berhenti mengejar pria bodoh yang mau menikah dengan kekasihnya," lanjutku sambil membuka pintu taksi.
"Kumohon berikan aku kesempatan! Aku akan memperbaiki semua kesalahanku! Aku berjanji akan menjadi seperti yang kauinginkan!" Anna menahanku agar tidak masuk ke dalam taksi. Tampaknya ia bolos mengantor hari ini.
"Dengar, jangan berubah demi orang yang kau cintai. Carilah orang yang menerimamu apa adanya." Aku menarik paksa tanganku dan masuk ke dalam taksi.
"Kalau begitu bagaimana caranya agar kau bisa memberiku kesempatan?!" Anna mulai lepas kendali. "Tidak bisakah kau menghargai perasaanku?!"
Aku mengabaikannya sambil berusaha menutup pintu, kemudian menyuruh supir taksi untuk segera melaju. Wanita itu―yang kuakui memang tak kalah cantik dengan kekasihku―berusaha membuka pintu taksi dan mengejar taksi yang kutumpangi sampai akhirnya ia berhenti karena lelah.
Annabelle. Ia sahabatku sejak SMP. Seorang sahabat yang memiliki perasaan lebih pada sahabatnya sendiri, dan memaksakan perasaan itu pada sahabatnya. Dan itu membuat persahabatan kami retak karena terlalu seringnya terjadi pertengkaran tentang pacarku.
Awalnya, ia senang mendengarkan isi hatiku tentang kekasihku. Tapi lama kelamaan, ia malah menjadi dengki dan cemburu. Hingga ia selalu berusaha membuatku berpisah dengan kekasihku itu.
Berbeda dengan Annabelle, kekasihku adalah seorang yang sabar dan rendah hati. Tak pernah aku melihatnya marah sekalipun. Ketika ia ingin marah, ia menangis dalam diam. Tak ingin orang lain tahu perasaannya. Meskipun tak lebih cantik dari Anna, aku lebih mencintai kekasihku ini. Ia memiliki senyum yang lemah lembut, dan cara tertawa yang terlihat sangat bahagia.