Mama berdehem agar Mrs tak lagi melanjutkan perkataannya.
Mama tahu betul perasaanku saat ini, memang hanyalah Mama yang mengerti semua permasalahan yang aku alami.
Akhirnya lomba pun segera dimulai, Diandra tampil sebagai peserta pertama, gerakan yang dilakukan Diandra benar - benar indah, pantas saja selama ini ia selalu memenangkan perlombaan ini. Mataku berkaca - kaca melihat keindahan ini. Sungguh berbakat sekali Diandra menari balet. Aku sangat terkesima dengan penampilan Diandra.
Kini pengumuman pemenang akan segera dibacakan, aku ikut merasa dag-dig-dug, dan ternyata Diandra kembali dipilih sebagai pemenang. Aku senang tapi aku juga iri dengan Diandra. Aku iri karena kali ini perlombaan dimenangkan lagi oleh Diandra. Diandra berjalan ke atas podium untuk menerima piala dan hadiah berupa uang tunai. Aku bahagia karena bagaimanapun Diandra adalah saudara kandungku, teman baikku. Tapi aku terlalu egois sehingga menjadikan Diandra sebagai musuh terbesarku. Diandra turun dan menghampiriku.
"Ini piala punya kamu." Diandra menyerahkan piala itu kepadaku
"Maksud kamu apa?"
"Kamu sudah keras berlatih untuk bisa memenangkan lomba ini bukan? Ini pantas aku berikan kepadamu karena kamulah yang sepantasnya memenangkan lomba ini, bukan aku."
"Gausah drama deh, kamu seneng kan bisa menang lagi, kamu seneng kan aku gabisa ikut lomba, udahlah Di gausah banyak drama, aku muak dengan semua tingkah kamu yang kayak gini."
Aku keluar gedung sendirian, menyeret kursi rodaku yang sudah menjadi teman baikku.
Aku terus menjalankan kursi rodaku hingga aku tidak menyadari bahwa kini aku sudah berada di jalan besar yang penuh dengan mobil. Aku bingung dan aku melihat mobil dari kejauhan yang akan menghampiriku dan siap menabrak ku kapan saja. Aku menggerakan kursi rodaku untuk segera menghindar, tetapi roda itu tersangkut oleh jalan yang berlubang, aku sudah tidak punya pilihan dan berharap bahwa mukjizat akan datang kepadaku saat ini juga. Ku pejamkan mataku siap akan suatu hal yang akan datang saat ini juga.
"Biancaaa... Awassss....!!!"
"Brakkkkkk....." Aku terlempar dan suara itu tak lagi ku dengar, aku membuka mataku dan aku melihat darah yang mengalair di tanah aspal keluar dari seseorang yang mendorongku agar aku tidak tertabrak, orang itu adalah Diandra.
"Diandraaaaaaaa!!" teriakku
Aku pingsan, dan ketika aku bangun aku sudah berada di rumah sakit.