Mohon tunggu...
Choirunnisa
Choirunnisa Mohon Tunggu... Freelancer - mengurus rumah tangga

Seorang Thinking extrovert yang senang belajar

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Self-Reward: Upaya Diri dalam Merawat Jiwa

21 Agustus 2024   10:10 Diperbarui: 21 Agustus 2024   10:18 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang setelah berbelanja untuk self-reward. Foto: freepik.com

Self-Reward: Upaya Diri dalam Merawat Jiwa

Mengakui dan merayakan pencapaian pribadi, sekecil apapun itu, adalah upaya diri dalam merawat jiwa.

Dalam kehidupan yang penuh dengan tuntutan dan tekanan, menjaga kesehatan mental menjadi semakin penting. Salah satu strategi yang efektif untuk menjaga keseimbangan mental adalah dengan menerapkan konsep self-reward atau penghargaan kepada diri sendiri. 

Self-reward bukan hanya tentang memberi diri kita hadiah materi setelah mencapai sesuatu, tetapi lebih pada pengakuan dan penghargaan terhadap usaha yang telah kita lakukan. 

Penghargaan ini bisa dalam bentuk waktu luang, istirahat, atau aktivitas yang membawa kebahagiaan dan ketenangan. Konsep ini memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan jiwa dan meningkatkan kualitas hidup.

Konsep self-reward dalam psikologi berkaitan erat dengan teori penguatan positif yang dikemukakan oleh B.F. Skinner pada tahun 1938. Dalam teori operant conditioning, Skinner menjelaskan bahwa perilaku yang diikuti oleh konsekuensi positif, seperti penghargaan, cenderung diulang. 

Dengan demikian, memberikan penghargaan kepada diri sendiri setelah menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan dapat memperkuat kebiasaan positif tersebut. 

Penghargaan diri ini tidak harus selalu besar atau mewah; hal-hal sederhana seperti menikmati secangkir kopi setelah bekerja keras atau mengambil waktu untuk berjalan-jalan di taman juga termasuk self-reward.

Self-reward adalah bagian dari kajian yang lebih luas tentang self-regulation dan self-management dalam psikologi. Beberapa literatur yang membahas konsep ini meliputi:

Albert Bandura dalam bukunya "Self-Efficacy: The Exercise of Control" (1997) membahas bagaimana self-reward digunakan sebagai bagian dari mekanisme pengaturan diri untuk meningkatkan self-efficacy atau keyakinan diri dalam mencapai tujuan.

B.F. Skinner melalui karya-karyanya tentang Operant Conditioning memberikan dasar teoritis untuk memahami bagaimana penghargaan mempengaruhi perilaku, meskipun self-reward lebih difokuskan pada aspek internal daripada eksternal.

Locke dan Latham dalam "A Theory of Goal Setting & Task Performance" (1990) meneliti bagaimana penetapan tujuan dan penghargaan berperan dalam kinerja dan pencapaian individu.

Roy Baumeister dalam bukunya "Willpower: Rediscovering the Greatest Human Strength" (2011) mengeksplorasi bagaimana self-regulation, termasuk self-reward, berperan dalam kontrol diri dan pencapaian tujuan jangka panjang.

Melalui literatur-literatur ini, konsep self-reward ditempatkan dalam konteks yang lebih luas tentang bagaimana individu dapat secara efektif mengelola diri mereka sendiri untuk mencapai tujuan, meningkatkan kinerja, dan memelihara kesejahteraan psikologis mereka.

Jenis-Jenis Self-Reward:

  • Penghargaan Material: Seperti membeli barang baru, menikmati makanan enak, atau menghadiahkan diri dengan liburan kecil.
  • Penghargaan Sosial: Seperti berbagi pencapaian dengan teman atau keluarga, atau mendapatkan pujian dari orang lain.
  • Penghargaan Waktu: Memberikan waktu untuk bersantai, menonton film favorit, atau menjalankan hobi yang disenangi.
  • Penghargaan Internal: Merasa puas, bangga, atau bahagia atas pencapaian diri.

Manfaat Self-Reward

Manfaat dari self-reward bagi kesehatan mental sangat signifikan. Salah satunya adalah kemampuannya untuk mengurangi stres dan mencegah burnout. 

Stres yang berlebihan, terutama yang berkepanjangan, dapat mengakibatkan kelelahan mental dan fisik yang ekstrem, yang dikenal sebagai burnout. 

Dalam hal ini, memberikan penghargaan kepada diri sendiri dapat berfungsi sebagai mekanisme pelepasan stres yang efektif. 

Menurut Maslach dan Leiter (2016), penghargaan diri melalui aktivitas yang menyenangkan dapat membantu mengembalikan energi yang terkuras dan memulihkan keseimbangan emosional.

Selain itu, self-reward juga berdampak positif pada kesejahteraan emosional. Psikologi positif, seperti yang diungkapkan oleh Martin Seligman (2002), menunjukkan bahwa penghargaan diri yang tepat dapat meningkatkan perasaan bahagia dan optimis. 

Ketika seseorang merasa dihargai, termasuk oleh diri mereka sendiri, hal ini akan memperkuat harga diri dan menciptakan pandangan hidup yang lebih positif. Ini, pada gilirannya, berkontribusi pada peningkatan kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Self-reward juga mendorong pertumbuhan pribadi dengan menumbuhkan rasa percaya diri dan penghargaan diri. Mengakui dan merayakan pencapaian pribadi, sekecil apapun itu, adalah langkah penting dalam pengembangan diri. 

Brown dan Ryan (2003) dalam penelitian mereka tentang mindfulness menekankan bahwa penghargaan diri adalah bagian penting dari pertumbuhan dan pengembangan pribadi. 

Ini membantu seseorang untuk terus termotivasi dalam mencapai tujuan mereka, dengan menyadari bahwa setiap usaha yang dilakukan adalah sesuatu yang berharga dan layak dirayakan.

Self-Reward: Kontribusi Signifikan terhadap Upaya Merawat Jiwa (Kesehatan Mental)

Self-reward merupakan praktik yang berhubungan erat dengan perawatan kesehatan mental seseorang. 

Praktik ini tidak hanya meningkatkan motivasi dan kinerja, tetapi juga memainkan peran penting dalam kesejahteraan emosional, pengelolaan stres, dan perawatan diri secara keseluruhan. 

Dengan memahami cara self-reward berkontribusi pada berbagai aspek kesehatan mental, individu dapat lebih bijaksana dalam menerapkan strategi ini untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik.

1. Meningkatkan Kepuasan Diri dan Harga Diri

Salah satu dampak paling langsung dari self-reward adalah peningkatan kepuasan diri. Ketika seseorang memberikan penghargaan kepada dirinya sendiri setelah mencapai suatu tujuan, hal ini menciptakan perasaan pencapaian yang positif. 

Kepuasan diri ini merupakan fondasi penting untuk menjaga suasana hati yang baik dan mencegah perasaan tidak puas atau rendah diri. Kepuasan diri yang konsisten membantu seseorang merasa lebih bahagia dan lebih bersemangat dalam menghadapi tantangan sehari-hari.

Selain itu, self-reward berperan penting dalam membangun dan memelihara harga diri. Dengan mengakui dan merayakan pencapaian, seseorang memperkuat persepsi diri sebagai individu yang berharga dan kompeten. 

Harga diri yang tinggi adalah elemen penting dalam kesehatan mental, karena membantu individu merasa yakin dalam menghadapi tantangan dan lebih mampu mengatasi kesulitan. Ketika seseorang merasa dihargai, termasuk oleh dirinya sendiri, ini meningkatkan kesejahteraan emosional secara keseluruhan.

2. Membantu Pengelolaan Stres

Pengelolaan stres adalah aspek lain dari kesehatan mental yang dapat ditingkatkan melalui praktik self-reward. 

Stres merupakan bagian tak terhindarkan dari kehidupan, tetapi cara kita mengelolanya sangat memengaruhi kesejahteraan mental. 

Self-reward dapat menjadi alat yang efektif untuk mengurangi stres. Misalnya, setelah melalui hari yang melelahkan atau menyelesaikan tugas yang sulit, memberikan diri sendiri waktu untuk bersantai atau menikmati sesuatu yang disukai dapat membantu mengurangi ketegangan dan memulihkan energi mental.

Lebih jauh lagi, self-reward sering kali berperan sebagai bagian dari praktik perawatan diri yang penting untuk menjaga keseimbangan antara tuntutan kehidupan sehari-hari dan kebutuhan untuk istirahat. 

Perawatan jiwa yang baik mengurangi risiko burnout dan kelelahan mental, dua kondisi yang dapat sangat merusak kesehatan mental jika tidak dikelola dengan baik. 

Dengan memasukkan self-reward ke dalam rutinitas harian, individu dapat memastikan bahwa mereka tidak hanya bekerja keras, tetapi juga memberikan waktu dan perhatian pada kebutuhan emosional dan fisik mereka.

3. Memperkuat Regulasi Emosi

Self-reward juga memiliki dampak signifikan pada regulasi emosi. Ketika seseorang menghadapi situasi yang menantang, penting untuk memiliki mekanisme yang dapat membantu menyeimbangkan emosi. 

Memberikan penghargaan kepada diri sendiri setelah mencapai sesuatu dapat membantu mempertahankan emosi positif dan memberikan dorongan emosional yang diperlukan. Ini sangat penting dalam menghadapi tantangan atau situasi stres yang dapat menguras energi emosional.

Selain itu, self-reward dapat menjadi cara yang efektif untuk memperbaiki mood, terutama ketika seseorang merasa down atau lelah. 

Dengan memberikan diri sendiri hadiah kecil, seperti waktu untuk menikmati hobi atau sekadar beristirahat sejenak, seseorang dapat memulihkan suasana hati dan kembali merasa termotivasi serta bersemangat. 

Ini membantu individu untuk lebih siap dalam menghadapi tugas berikutnya dan menjaga keseimbangan emosional sepanjang hari.

4. Membangun Kebiasaan Positif

Praktik self-reward juga memainkan peran penting dalam membangun dan memperkuat kebiasaan positif. 

Dengan menggunakan penghargaan diri untuk memperkuat perilaku sehat seperti berolahraga, meditasi, atau praktik mindfulness, seseorang dapat menciptakan rutinitas yang mendukung kesehatan mental jangka panjang. 

Kebiasaan yang diperkuat dengan penghargaan cenderung lebih bertahan lama dan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

Sebaliknya, self-reward juga dapat digunakan sebagai alat untuk menggantikan atau mencegah perilaku yang tidak sehat. 

Misalnya, daripada merespons stres dengan makan berlebihan, seseorang dapat memilih self-reward yang lebih sehat, seperti berjalan-jalan atau mendengarkan musik. 

Dengan demikian, self-reward tidak hanya membantu membangun kebiasaan positif, tetapi juga mencegah perilaku yang dapat merugikan kesehatan mental dan fisik.

5. Memfasilitasi Pemulihan dari Kondisi Mental

Bagi individu yang sedang dalam proses pemulihan dari kondisi mental seperti depresi atau kecemasan, self-reward dapat menjadi sumber dukungan yang penting. 

Dengan merayakan kemajuan kecil, individu dapat merasa didukung dan termotivasi untuk melanjutkan upaya perawatan mereka. Ini sangat penting dalam kondisi di mana kemajuan sering kali terasa lambat dan penuh tantangan. Pengakuan terhadap setiap langkah kecil menuju pemulihan dapat memberikan dorongan emosional yang diperlukan untuk terus maju.

Selain itu, self-reward dapat membantu membangun ketahanan mental. Dengan secara konsisten mengakui dan merayakan pencapaian, baik besar maupun kecil, individu dapat mengembangkan ketahanan mental yang lebih kuat. 

Ketahanan ini sangat penting dalam menghadapi stresor dan tantangan hidup, karena membantu seseorang untuk tetap teguh dan tidak mudah terpuruk ketika menghadapi kesulitan.

6. Mendorong Keseimbangan Hidup

Terakhir, self-reward juga berperan dalam menjaga keseimbangan hidup, terutama antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. 

Dalam dunia yang semakin sibuk, di mana tuntutan pekerjaan sering kali mendominasi, self-reward dapat membantu memisahkan kehidupan kerja dari kehidupan pribadi. 

Misalnya, setelah menyelesaikan tugas pekerjaan yang menantang, mengambil waktu untuk diri sendiri sebagai bentuk self-reward dapat membantu mencegah kelelahan dan stres yang berlebihan. 

Ini juga memungkinkan individu untuk menikmati kehidupan pribadi tanpa merasa terbebani oleh tuntutan pekerjaan yang terus-menerus.

Selain itu, self-reward membantu dalam menjaga keseimbangan emosional dengan memberikan ruang bagi individu untuk merayakan diri sendiri dan memastikan bahwa kebutuhan emosional tidak diabaikan. 

Dengan merawat jiwa secara konsisten, individu dapat mencapai keseimbangan yang lebih baik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Cara Menerapkan Self-Reward

Untuk menerapkan self-reward dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak perlu melakukan hal-hal yang rumit atau mahal. 

Langkah pertama yang dapat diambil adalah dengan menetapkan tujuan-tujuan kecil yang realistis dan merayakan setiap pencapaian dengan cara yang sederhana namun bermakna. 

Misalnya, setelah menyelesaikan tugas yang sulit, Kompasianer bisa memberi diri waktu untuk bersantai atau menikmati sesuatu yang disukai.

Ilustrasi self-reward sederhana dengan sekadar menikmati secangkir kopi hitam pahit dan pisang goreng sambil menulis artikel kompasiana. Foto: dok.pri
Ilustrasi self-reward sederhana dengan sekadar menikmati secangkir kopi hitam pahit dan pisang goreng sambil menulis artikel kompasiana. Foto: dok.pri

Membuat jurnal penghargaan diri juga bisa menjadi alat yang efektif untuk melacak dan menghargai pencapaian harian. 

Selain itu, memberikan waktu untuk diri sendiri untuk melakukan aktivitas yang disukai, seperti membaca buku, berolahraga, atau bermeditasi, dapat menjadi bentuk self-reward yang sangat bermanfaat.

Ilustrasi rekomendasi buku sebagai self-reward. Foto: dok.pri/choirunnisa
Ilustrasi rekomendasi buku sebagai self-reward. Foto: dok.pri/choirunnisa

Sesekali, rencanakan liburan singkat atau perjalanan yang diinginkan. Ini bisa menjadi bentuk self-reward yang lebih besar dan memberikan kesempatan untuk benar-benar beristirahat dan melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari. 

Potensi Tantangan dalam Penerapan Self-Reward

Konsep self-reward telah dikenal sebagai salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan memotivasi diri dalam mencapai tujuan. Namun, seperti halnya dengan strategi lain, penerapan self-reward juga memiliki tantangan yang perlu diperhatikan agar tidak menjadi kontraproduktif. 

Dua tantangan utama dalam hal ini adalah risiko ketidakseimbangan dalam pemberian self-reward dan potensi pemberian penghargaan yang tidak tepat. Memahami dan mengelola tantangan ini sangat penting untuk memastikan bahwa self-reward dapat memberikan manfaat maksimal tanpa menimbulkan efek negatif.

Ketidakseimbangan dalam Pemberian Self-Reward

Salah satu tantangan utama dalam penerapan self-reward adalah risiko ketidakseimbangan, di mana penghargaan diberikan terlalu sering atau dengan hadiah yang terlalu besar. 

Meskipun penghargaan diri dapat menjadi sumber motivasi yang kuat, pemberian yang berlebihan atau tidak proporsional justru bisa berakibat sebaliknya. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan perilaku yang berlebihan, seperti pemborosan atau indulgensi yang tidak sehat, yang pada akhirnya bisa menjadi kontraproduktif.

Ketika self-reward diberikan terlalu sering, penghargaan tersebut dapat kehilangan maknanya. Dalam psikologi, ini terkait dengan konsep diminishing returns, di mana manfaat yang diperoleh dari suatu tindakan berkurang seiring dengan frekuensi tindakan tersebut. 

Jika seseorang terlalu sering memberikan penghargaan pada dirinya sendiri tanpa mempertimbangkan pencapaian yang sebenarnya, self-reward bisa berubah menjadi sekadar rutinitas yang tidak lagi memberikan kepuasan emosional yang sama. 

Selain itu, pemberian hadiah yang terlalu besar untuk pencapaian yang kecil bisa menciptakan ekspektasi yang tidak realistis dan dapat mendorong perilaku yang tidak sehat seperti konsumsi berlebihan atau pengeluaran finansial yang tidak bijak.

Untuk menghindari ketidakseimbangan ini, penting untuk menetapkan batasan yang jelas dan realistis dalam pemberian self-reward. Menetapkan frekuensi dan jenis penghargaan yang sesuai dengan tingkat pencapaian dapat membantu menjaga keseimbangan ini. 

Misalnya, penghargaan kecil seperti menikmati camilan favorit setelah menyelesaikan tugas harian mungkin lebih tepat dibandingkan merencanakan liburan besar untuk pencapaian yang sama. 

Dengan demikian, self-reward tetap menjadi sesuatu yang istimewa dan bermakna, bukan sekadar kebiasaan yang kehilangan esensinya.

Pemberian Penghargaan yang Tidak Tepat

Tantangan lain dalam penerapan self-reward adalah risiko pemberian penghargaan yang tidak tepat atau tidak proporsional. Penting untuk memastikan bahwa penghargaan yang diberikan sesuai dengan tingkat pencapaian atau usaha yang telah dilakukan. 

Memberikan penghargaan yang terlalu besar untuk tugas atau pencapaian yang kecil dapat mengurangi makna dan nilai penghargaan tersebut, sehingga tidak lagi menjadi motivator yang efektif.

Ketika penghargaan tidak proporsional, ada risiko bahwa seseorang akan merasa bahwa usaha yang minimal sudah cukup untuk mendapatkan hasil yang besar. Ini dapat menyebabkan penurunan dalam standar atau kualitas kerja, karena penghargaan yang besar diberikan untuk usaha yang tidak signifikan. 

Misalnya, jika seseorang memberi dirinya sendiri hadiah yang mahal setelah menyelesaikan tugas kecil seperti membersihkan rumah, ini bisa menciptakan persepsi yang salah bahwa tugas-tugas sederhana layak mendapatkan imbalan besar. 

Akibatnya, ketika seseorang menghadapi tantangan yang lebih besar, mereka mungkin tidak merasa terdorong untuk berusaha lebih keras karena penghargaan yang diharapkan tidak lagi sebanding dengan upaya yang diperlukan.

Untuk menghindari pemberian penghargaan yang tidak tepat, penting untuk menilai dengan cermat tingkat pencapaian sebelum memberikan self-reward. 

Ini berarti mempertimbangkan seberapa besar usaha yang telah dilakukan, seberapa sulit tugas yang diselesaikan, dan seberapa signifikan dampaknya. 

Dengan demikian, penghargaan yang diberikan dapat benar-benar mencerminkan nilai dari pencapaian tersebut. 

Selain itu, memberikan penghargaan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesulitan dan usaha dapat membantu menjaga motivasi dan membuat setiap self-reward menjadi lebih bermakna.

Kesimpulan

Self-reward adalah alat yang sangat efektif dalam merawat kesehatan mental dan kesejahteraan emosional. 

Melalui peningkatan kepuasan diri dan harga diri, pengelolaan stres, regulasi emosi, pembangunan kebiasaan positif, dan dukungan dalam pemulihan dari kondisi mental, Self-reward berkontribusi secara signifikan pada kesejahteraan seseorang. 

Selain itu, dengan mendorong keseimbangan hidup, Self-reward membantu individu untuk tetap sehat secara mental dan emosional dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan sehari-hari. 

Oleh karena itu, memahami dan menerapkan Self-reward dengan bijaksana dapat menjadi langkah penting dalam mencapai kesejahteraan mental yang berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun