Misalnya, jika seseorang memberi dirinya sendiri hadiah yang mahal setelah menyelesaikan tugas kecil seperti membersihkan rumah, ini bisa menciptakan persepsi yang salah bahwa tugas-tugas sederhana layak mendapatkan imbalan besar.Â
Akibatnya, ketika seseorang menghadapi tantangan yang lebih besar, mereka mungkin tidak merasa terdorong untuk berusaha lebih keras karena penghargaan yang diharapkan tidak lagi sebanding dengan upaya yang diperlukan.
Untuk menghindari pemberian penghargaan yang tidak tepat, penting untuk menilai dengan cermat tingkat pencapaian sebelum memberikan self-reward.Â
Ini berarti mempertimbangkan seberapa besar usaha yang telah dilakukan, seberapa sulit tugas yang diselesaikan, dan seberapa signifikan dampaknya.Â
Dengan demikian, penghargaan yang diberikan dapat benar-benar mencerminkan nilai dari pencapaian tersebut.Â
Selain itu, memberikan penghargaan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesulitan dan usaha dapat membantu menjaga motivasi dan membuat setiap self-reward menjadi lebih bermakna.
Kesimpulan
Self-reward adalah alat yang sangat efektif dalam merawat kesehatan mental dan kesejahteraan emosional.Â
Melalui peningkatan kepuasan diri dan harga diri, pengelolaan stres, regulasi emosi, pembangunan kebiasaan positif, dan dukungan dalam pemulihan dari kondisi mental, Self-reward berkontribusi secara signifikan pada kesejahteraan seseorang.Â
Selain itu, dengan mendorong keseimbangan hidup, Self-reward membantu individu untuk tetap sehat secara mental dan emosional dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan sehari-hari.Â
Oleh karena itu, memahami dan menerapkan Self-reward dengan bijaksana dapat menjadi langkah penting dalam mencapai kesejahteraan mental yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H