Langkah pertama yang dapat diambil adalah dengan menetapkan tujuan-tujuan kecil yang realistis dan merayakan setiap pencapaian dengan cara yang sederhana namun bermakna.Â
Misalnya, setelah menyelesaikan tugas yang sulit, Kompasianer bisa memberi diri waktu untuk bersantai atau menikmati sesuatu yang disukai.
Membuat jurnal penghargaan diri juga bisa menjadi alat yang efektif untuk melacak dan menghargai pencapaian harian.Â
Selain itu, memberikan waktu untuk diri sendiri untuk melakukan aktivitas yang disukai, seperti membaca buku, berolahraga, atau bermeditasi, dapat menjadi bentuk self-reward yang sangat bermanfaat.
Sesekali, rencanakan liburan singkat atau perjalanan yang diinginkan. Ini bisa menjadi bentuk self-reward yang lebih besar dan memberikan kesempatan untuk benar-benar beristirahat dan melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari.Â
Potensi Tantangan dalam Penerapan Self-Reward
Konsep self-reward telah dikenal sebagai salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan memotivasi diri dalam mencapai tujuan. Namun, seperti halnya dengan strategi lain, penerapan self-reward juga memiliki tantangan yang perlu diperhatikan agar tidak menjadi kontraproduktif.Â
Dua tantangan utama dalam hal ini adalah risiko ketidakseimbangan dalam pemberian self-reward dan potensi pemberian penghargaan yang tidak tepat. Memahami dan mengelola tantangan ini sangat penting untuk memastikan bahwa self-reward dapat memberikan manfaat maksimal tanpa menimbulkan efek negatif.
Ketidakseimbangan dalam Pemberian Self-Reward
Salah satu tantangan utama dalam penerapan self-reward adalah risiko ketidakseimbangan, di mana penghargaan diberikan terlalu sering atau dengan hadiah yang terlalu besar.Â