"Ibu jangan terlalu berlebihan, saya kan sudah dewasa. Saya bisa menjaga diri bu..", kata Bara sambil tersenyum pada wanita itu.
"Sudah..sudah..yang penting dimakan dulu ya denbagus, ini ibu bikinkan makanan kesukaanmu nak", wanita itu menambahkan lauk pauk keatas piring anak lelaki kesayangannya.
"Oh iya, pak...ada yang harus saya ceritakan kepada bapak", kata Bara dengan wajah serius.
"Opo kuwi le...", kata Senoadji dengan antusias.
"Jangan sekali-kali kamu mengatakan bahwa kamu akan menikah dengan Rara nak!!", ibu Bara tiba-tiba memotong pembicaraan antara bapak dan anak itu.
"Ibu sudahlah, kita bicarakan itu nanti. Ini ada hal yang lebih penting bu", kata Bara dengan serius sambil memandang wajah cantik ibunya.
"Ono opo to le, kamu membuat bapakmu yang sudah tua ini jadi was-was", kata lelaki tua itu tak kalah serius.
"Begini bapak dan juga ibu, Tadi siang ada orang-orang dari kadipaten yang mencari seseorang bernama Raden Roro Kusuma Nasriti, dan kemungkinan orang yang mereka cari-cari itu sedang bersembunyi diperkebunan kita", Bara pun akhirnya berkata kepada kedua orangn tuanya.
"Raden Roro Kusuma Nasriti...", Senoadji mengulangi sebuah nama yang disebutkan Bara.
"Bapak tau siapa dia?", tanya Bara dengan antusias.
"Dia adalah putri semata wayang Angling Kusuma dan Ayu Matah Srindrani, seorang patih dari Kadipaten yang dekat dengan Adipati Cokroadhinoro", Senoadji berkata dengan hati-hati.