"Belum tuan, belum ada kabar sejak kemarin."
"Yasudah, kau bawa ini besok ke pabrik sebelah perusahaan itu. Aku dengar mereka sedang membutuhkan satpam secepatnya." Tuan memberi amplop cokelat pada lelaki muda itu.
"Ini apa tuan?"
"Sudah, bawa saja. Oiya, jangan kau buka amplop itu! Biar pihak pabrik yang membukanya."
"Baiklah tuan."
"Kalau begitu, aku pergi dulu. Ingat pesan ku tadi."
"Iya, Tuan."
Beliau bergegas pergi meninggalkan lelaki itu. Lelaki muda itu masih penasaran, apa isi  amplop cokelat itu. Ia ingin membukanya, tapi ia takut. Lama berfikir akhirnya ia membuka amplop itu, memastikan bahwa apa yang akan ia serahkan itu bukan hal aneh. Perlahan ia membuka lilitan benang pengait amplop itu. Mengambil beberapa lembar kertas didalamnya.
"Astaga apa ini?" Ia terkejut mendapati dua lembar kertas kosong.
"Apa tuan ingin membohongiku, mana mungkin orang pabrik akan menerima lamaran ku kalau begini." Ucapnya.
"Aku bukan orang yg tak pernah makan bangku sekolahan. Bisa-bisanya ia mau menipuku begini." Ia makin kesal dengan perbuatan tuan, seolah merendahkan orang kecil sepertinya.