Sudah, ambil cepat dan pergilah!
"Oiya, dimana kau tinggal?" Lanjut tuan.
"Semalam aku menumpang tidur di rumah Pak RT diujung jalan, Tuan."
"Ohh.." Tuan itu mengangguk dan masuk kembali ke dalam rumah besar nya, lelaki itu pun pergi meninggalkan teras.
Sesampainya di rumah, lelaki itu mengganti baju. Tubuhnya terasa retak tak karuan. Baru sebentar berjalan, kakinya bak akan patah. Beginilah kalau terlalu sering berdiam dirumah dengan buku. Maklumlah, ia baru saja lulus sekolah dan baru belajar untuk hidup mandiri setelah neneknya meninggal. Selama ini ia dirawat oleh nenek dan julaknya. Ia tak enak kalau harus terus tinggal bersama julak dan keluarganya itu. Ibu dan adik perempuannya tinggal bersama ayahnya yang bertugas di Kalimantan. Mungkin setahun atau dua tahun atau entah berapa tahun baru menjenguknya lagi.
Semilir angin menembus kamar lelaki muda itu. Kian menusuk tubuh kurusnya yang tengah berbaring, beralaskan sarung yang ia bawa dari kampung. Tak ada bantal ataupun guling, hanya bertumpu pada tas yang berisikan baju hari-harinya. Rupanya dua hari berlalu. Lelaki muda itu tak keluar rumah sejak kemarin. Menunggu kabar lowongan yang sempat ia lamar waktu lalu. Â Ia gelisah, bagaimana kalau tak ada panggilan sama sekali. Makan apa ia esok.
"Tuhan, izinkanlah aku untuk bekerja. Aku tak mau berlama-lama begini." Ucapnya sedih
Tok tok tok..
"Dik, apa kau didalam? Ini aku." Â Ia mendengar suara Tuan dan bergegas membuka pintu.
"Oh iya tuan, ada apa ya?"
"Kau belum kerja?"