Demi menghindar dari kemungkinan terburuk, saat mencabut gigi,  posisi berdiriku agak menjauh dari jangkauan tangan pasien. Sudahlah, jangan tanya seperti apa modelnya, bukan pose ideal  untuk difoto. Hehehe.
Pikirku, aku melakukan tugasku dengan menjaga diriku sendiri, tak penting posisinya seperti apa.
Dan... proses pencabutan gigi dengan pose tak ideal itu, sedikit banyak menghasilkan keluaran yang tak ideal juga. Pencabutan gigi pertama berjalan mulus. Namun pencabutan gigi kedua, sedikit tak mulus.
Pikiran parno yang menghantuiku, refleks menggerakkan tangan kananku yang memegang tang gigi untuk segera mengakhiri tugasnya. Hentakan untuk mengambil gigi keduanya, menghasilkan erangan tertahan darinya.
"Aaaaaarrrggghhhh, " teriak Mr i tertahan. Kali ini tangan kanannya berpindah memegangi pipinya.
"Hmmm, rasain deh Mr, " ujarku dalam hati.
Akhirnya, sikap meresahkannya yang membuat perasaanku tak nyaman, terhenti sekejap.
"Makanya, jangan macam-macam sama peri gigi !"
Sebelum membersihkan bekas pencabutannya, kuminta Mr i berkumur satu dua kali saja. Tapi bolak balik dia meludah ke sputum bowl. Darah yang mengental keluar tiap kali ia meludah.
"Waduh, alamat bersih bersih ekstra ini, asyemmmmm.....," batinku.
Saat selesai membersihkan bekas pencabutannya, kuminta Mr i menggigit tampon gigi agar proses perdarahan cepat terhenti.
Bukannya menggigitnya, pasien malah mengunyah-ngunyah tampon giginya.