Aku mengembuskan napas, sedikit berat.
Namun, akhirnya kuanggukan kepala.
Khayalku mengelana kembali. Mengingat kejadian-kejadian yang menurutku terasa aneh. Atau mungkin pikiranku saja yang tidak sampai ke sana.
Terlebih ketika kami sampai di tempat yang dituju. Nenek tukang urut yang kemudian minta dipanggil Nyai Imas itu sudah mengetahui maksud kedatanganku bersama suami.
"Siapkan tujuh lembar kain jarik pada usia kehamilanmu empat bulan nanti. Saat itu Nyai akan memandikanmu dengan rendaman tujuh macam bunga dan airnya berasal dari tujuh sumber!"
Deg!
Aku dan mas Pram saling tatap.
"Ba-baik Nyi."
Itu saja yang kudengar dari mulut mas Pram setelah agak lama kami terdiam.
"Bun ...."
Panggilan mas Pram membuyarkan lamunanku.