Mohon tunggu...
dewi laily purnamasari
dewi laily purnamasari Mohon Tunggu... Dosen - bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

iman islam ihsan

Selanjutnya

Tutup

Love

Asiyah, Sang Mawar Gurun Fir'aun

18 Desember 2020   20:00 Diperbarui: 8 Januari 2021   20:51 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu novel  dari serial 4 Wanita Penghuni Surga karya Sibel Eraslan (Dokpri)

Kursi kayu jati berumur lebih dari 50 tahun menemaniku dengan setia. Lembar demi lembar hingga lebih dari 400 halaman berisi untaian kata menggugah jiwa. Novel karya Sibel Eraslan ini telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa. 

Lahir di Uskudar, Istambul 1967, lulusan Fakultas Hukum Universitas Istambul Turki ini menulis novel dengan riset yang mendalam. Sibel juga aktif dalam kegiatan pendidikan, hak-hak perempuan dan sebagai kolumnis di koran Star.

Mengapa aku ingin sekali menyelami kisah Asiyah dalam novel keren ini ? Ya ... Sungguh masa ini seringkali aku membaca tentang kisah wanita mirip dengan kisah Asiyah Sang Mawar Gurun Fir'aun. 

Pagi itu, Nil menangis untuk saudara perempuannya ... 

Seluruh ikan yang berada di dalamnya, mutiara-mutiara yang berada di tepiannya, anemon yang berada jauh di dalamnya, pohon-pohon akasia yang berada di sudutnya, gurun-gurun yang menjaga bukit-bukit rahasia di dalamnya ...

Semua menangis ...

Setangkai mawar akan tetap indah, meskipun telah tiada. Meninggalkan kesan yang terlupakan. Asiyah adalah mawar yang tumbuh mekar mewangi di gurun-gurun Mesir. Memegang teguh akidahnya, percaya akan Allah yang Maha Tunggal, bahkan hingga jilatan api menyentuh kulitnya. Asiyah, seorang ibu yang mengasuh bayi Musa yang ditemukannya terhanyut di Nil, seorang muslimah yang sungguh pantas menjadi teladan.

Kisah epik ini dimulai dari simbol-simbol yang termaktub dalam ayat-ayat Al Quran. Kisah Hamam, Karun, Fira'un dan Asiyah. Berkaitan erat saling mengikat dengan kisah Nabi Musa. Kisah yang sejatinya akan ada disetiap jaman. Karena Al Quran sarat dengan pelajaran bagi kaum yang berpikir.

Udara, Tanah, Air, dan Api ...

Menurut Apa, udara selalu berada di langit dan berada di tempat tinggi, menjadi sumber pikiran bagi Haman. Sayang ini seringkali membuatnya menjadi sombong, angkuh dan bahkan seorang yang curang. 

Tanah merupakan simbol Karun. Ia selalu ingin berpetualang dan melakukan penemuan. karun memiliki kecerdasan, kepercayaan diri, dan keberanian. Tapi, ia menjadi seorang yang serakah, tak setia, dan tak pernah puas.

Api adalah milik Ra. Seseorang yang memiliki karakter kepemimpinan, cerdas, dan kharisma yang membuat orang terpesona dengannya. Kekuatannya dengan mudah dapat berubah menjadi keegoisan.

Air sangat tepat menggambarkan keindahanm kebaikan, kedermawanan, dan kerendahan hati yang dimiliki Asiyah. Ini merupakan sifat dan kelebihan Yes, panggilan lain untuk Asiyah. Dia merupakan penengah di antara ketiga anak laki-laki yang selalu bertengkar sejak kecil. Yes adalah seorang anak istimewa yang sering mengorbankan dirinya untuk keselamatan orang lain. Keberaniannya yang luar biasa sering membuat Apa khawatir. Asiyah layaknya sebuah pilar kokoh di antara keempat anak ini. Sebuah energi yang menopang dan membangun atap ... (halaman 40-41).

Keingintahuan yang tak ada habisnya terhadap hal-hal baru dan pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah salah menjadikan Ratu Asiyah berbeda dengan petinggi kerajaan lainnya. 

Dari teras balkonnya, dia memandang Sungai Nil yang mengalir dengan seribu satu rahasia, mengucapkan salam, kemudian memandangi rumah-rumah yang memancarkan keramahan di bawah pancaran sinar bulan. Dia menghafal seluruh jalan yang dia lihat dari dataran rendah sampai ke puncak-puncak bukit, menandai satu persatu lilin yang padam dan menghitung tirai-tirai.

Berdoa kepada Allah ...

Berbicara dengan Allah ...

Kesendirian memenuhi hatinya. Tak ada selain Allah ... (halaman 102).

Apa yang diingkan Fir'aun dari mereka ? Mereka adalah seorang ibu, bagaimana bisa mereka membunuh anak-anak mereka ? Apa yang terjadi dengan  raja ini ? Bagaimana bisa seorang raja besar menjadi seperti ini ? Tidak malukan dia dengan kemanusiaannya ? Apakah dia seorang manusia ? Siapa dia, apa itu Raja ? Bagaimana bisa mengambil hak manusia untuk hidup ? Bagaimana dengan para bayi ? Para bayi mungil yang tak memiliki kekuatan untuk mempertahankan diri mereka. Tanpa membuka genggaman telapak tangan mereka, tanpa mengedipkan kedua mata ... Bagaimana ini semua bisa terjadi ?

Bayi ... (halaman 220-221).

"Segera bawa peti mati yang menangis itu kepadaku!" seru Ratu Asiyah.

Sebenarnya, yang mereka kira peti mati adalah kotak kecil. Setelah membuka penutupnya, mereka menemukan seorang bayi berwajah cahaya yang belum pernah mereka lihat selama hidup. Wajah yang membuat setiap orang yang melihatnya jatuh hati padanya. 

Selamat datang wahai bayi yang datang dari sungai. 

Selamat datang  wahai bayi yang mendekat ke tepianku dengan perahu paling kecil di dunia, selamat datang ... (halaman 263-265).

Kekejaman Fir'aun semakin menjadi. Bayi Musa tumbuh dewasa dan terusir dari kerajaan. Setelah mendapat wahyu dari Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa, datanglah Nabi Musa dan saudaranya Nabi Harun kehadapan Fir'aun.

Terjadilah apa yang dalam Al Quran kisahkan. Para ahli sihir dibunuh Fir'aun karena beriman kepada Allah Rabbail'alamin.

Fir'aun berjalan di atas genangan darah ...

Sementara Nabi Musa pedih memandangi hal ini.

Sutanah Asiyah berjalan di depan Fir'aun yang telah mengubah hari raya menjadi penuh darah. Ia memegang tangan Fir'aun yang berada di udara memegang cambuknya.

"Apakah kau akan membunuh seseorang hanya karena ia berkata 'Tuhanku adalah Allah ?'

Keberanian ini membuat Fir'aun dipenuhi amarah, "Jadi Musa tak sendiri dalam kepercayaannya," serunya marah. 

Jalan-jalan Memphis menangis darah. Kesalahan Sultanah telah diumumkan : Melawan Kerajaan Mesir.

Fir'aun berkata kepada Sultanah Asiyah bahwa dia akan dilepaskan dari penjara dengan syarat meminta maaf kepada Fir'aun dan masyarakat Mesir ...

Sultanah menolaknya dengan keras. Hatinya terbakar ketika dia mendengan suara tangisan Sare dan putra kecilnya. Pemberontakan atas kekejaman ini bertambah kuat ... (halaman 437).

"Bawa cepat pemberontak yang telah kehilangan akal sehat ini!"

Mereka membawa Sultanah Asiyah ...

Mereka mengikat Sultanah Asiyah di tonggak kayu di atas pasir panas ...

"Ini adalah tangan kananku," ucap Asiyah saat pergelangan tangan kanannya diikat. "Ini adalah tangan yang selalu ingin kugunakan untuk memegang ibuku yang wajahnya tak aku ingat. Aku serahkan diriku kepada-Mu, ya Allah ..."

Orang-orang yang mengikatnya pun menangis ...

"Ini adalah tangan kiriku," ucapnya saat pergelangan tangan kiri mulai dililit tali. "Aku tak pernah bisa menulis dengan tangan ini, tapi jika aku nisa menulis dengan tangan ini maka aku akan menulis Allah. Aku serahkan diriku kepada-Mu, ya Allah ..."

Orang-orang yang mengikatnya pun menangis ...

"Ini adalah kaki kananku," ucapnya ketika pergelangan kaki kanannya diikat. "Aku langkahkan setiap langkahku ke arah Musa putraku. Aku serahkan kepada-Mu, ya Allah ..."

Orang-orang yang mengikatnya pun menangis ...

"Ini adalah kaki kiriku," ucapnya ketika pergelangan kaki kirinya diikat. "Aku tak mencintai dunia, aku tak menemukan sebuah rumah yang melindungi diriku. Aku serahkan dunia kepada-Mu, ya Allah ..."

Orang-orang yang mengikatnya pun menangis ...

Mereka membakar Sultanah dalam tumpukan kayu yang menjulang tinggi di atas pasir panas ...

Bunga-bunga bermekaran, seperti lotus putih ...

Yang ujung-ujungnya tak meneteskan darah ...

Pintu-pintu langit telah terbuka ...

"Ya Allah," ucapnya ... "Berikanlah sebuah rumah yang hangat bagiku di sisi-Mu ..."

Hari itu adalah hari kepulangan Sultanah Asiyah ke rumahnya ... (halaman 441-442).

Meleleh airmataku ... Sungguh keimanan Asiyah tak tergoyahkan dengan gemerlap istana Kerajaan Mesir. Tak tergiur dengan kemegahan kekuasaan sebagai istri Fir'aun -Ratu Kerajaan Mesir. Tak terbeli dengan emas, pertama, sutra, pelayan dan indahnya perhiasan dunia. 

Kerajaan -istana dunia tak sebanding dengan rumah Asiyah di surga-Nya. Allah Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana telah membangunkan rumah untuk Asiyah saat dia masih berada di dunia. Masya Allah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun