Orang-orang yang mengikatnya pun menangis ...
Mereka membakar Sultanah dalam tumpukan kayu yang menjulang tinggi di atas pasir panas ...
Bunga-bunga bermekaran, seperti lotus putih ...
Yang ujung-ujungnya tak meneteskan darah ...
Pintu-pintu langit telah terbuka ...
"Ya Allah," ucapnya ... "Berikanlah sebuah rumah yang hangat bagiku di sisi-Mu ..."
Hari itu adalah hari kepulangan Sultanah Asiyah ke rumahnya ... (halaman 441-442).
Meleleh airmataku ... Sungguh keimanan Asiyah tak tergoyahkan dengan gemerlap istana Kerajaan Mesir. Tak tergiur dengan kemegahan kekuasaan sebagai istri Fir'aun -Ratu Kerajaan Mesir. Tak terbeli dengan emas, pertama, sutra, pelayan dan indahnya perhiasan dunia.Â
Kerajaan -istana dunia tak sebanding dengan rumah Asiyah di surga-Nya. Allah Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana telah membangunkan rumah untuk Asiyah saat dia masih berada di dunia. Masya Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H