Pada tahun 1960-an meski budaya barat dilarang, tapi terjadi kesimpangsiuran. Lagu jazz masih sering diputar hanya nama genrenya tak disebut. Ada band yang menggunakan Irama cha cha cha tapi tak dilarang. Tapi nasib malang dialami Koes bersaudara.Â
Mereka ditangkap karena membawakan lagu The Beatles saat manggung di sebuah undangan. Lilis Suryani diminta turun panggung ketika membawakan lagu yang dinilai "gila-gilaan".Â
Lantas bagaimana dengan orde Baru?Â
Pada masa Orba, kalangan TNI dan perusahaan plat merah mulai banyak membidani band. Band yang dekat dengan TNI misalnya The Blue Diamonds dan Varia Nada Surabaya. Sedangkan band plat merah di antaranya Dharma Putra dan Lloyd.Â
Berbeda dengan Orla yang melarang musik barat, Orba memperbolehkan dengan alasan untuk menentang praktik komunis. Nama band dengan istilah asing kembali diperbolehkan. Irama blues dan jazz juga diperbolehkan.Â
Nama Dara Puspita dan Indonesian All Star yang digawangi Jack Lesmana melambung hingga ke mancanegara. Ada banyak penyanyi populer yang muncul tahun 1960-an di antaranya Titiek Puspa, Lilis Suryani, Koes Bersaudara, Alwi & Oslan, Dara Puspita, Marini, dan masih banyak lagi.Â
Nah album yang dianggap penutup tahun 1960-an adalah Dheg-Dheg Plas karya Koes Bersaudara. Ini adalah album terakhir Koes Bersaudara atau album perdana band tersebut yang berganti nama menjadi Koes Plus.Â
Nomo dan Yok Koeswoyo keluar dan digantikan Murry dan Totok Adji Rachman. Album ini laris manis. Lagu mereka Cintamu Telah Berlalu, Manis dan Sayang, dan Kelelawar menjadi hits.Â
Isi pameran ini sungguh bergizi bagi para penikmat musik Indonesia. Ada banyak hal yang menambah wawasanku seputar musik Indonesia.Â