"Apa urusanmu bertanya? Aku hanya ingin menikmati mentari pagi," aku menjawab ketus.
"Pasti sarapanmu tidak enak ya?!" Ia mengejekku. "Di rumah gedong sedang ada pesta semalam sepertinya. Ada banyak ikan tersisa. Ayam goreng juga ada!"
Mendengar ayam goreng, telingaku terangkat. "Dimana tempatnya, Badut?" Aku penasaran. Dia menyeringai, tahu jika aku tertarik.
"Aku akan menunjukkan lokasinya padamu. Tapi aku hari ini ada acara dengan majikanku. Aku tak bisa mengantarmu," paparnya.
Aku setuju. Aku diam-diam merasa lapar dan ingin menyantap masakan lainnya. Ayam goreng sisa semalam tak apa-apalah.
---
Aku pun berangkat, berjalan di belakang Badut. Kucing Badut ini sudah tua. Usianya hampir sama dengan indukku. Tapi ia tak nampak menua. Wajahnya masih licik sama seperti ketika aku melihatnya kali pertama.
Kami berjalan hingga ujung gang. Si Badut lalu memberikan petunjuk kepadaku untuk berjalan dua blok ke depan. Lalu berbelok ke kanan, baru ke kiri. Posisi rumah gedong itu di ujung blok. Rumahnya berwarna putih.
Aku menghafal petunjuk si Badut dan menuju rumah Gedong. Meskipun hanya beberapa blok bagi seekor kucing perjalanan itu lumayan jauh. Aku hanya pernah bermain hingga dua blok saja.
Ke kanan atau ke kiri ya. Aku mengingat-ingat. Duh aku lupa. Akhirnya aku memutuskan untuk ke kiri. Di sana aku melihat beberapa ekor kucing. Mereka nampak mengerumuni sesuatu. Makanan. Aku yakin itu. Banyak makanan.
---
Dugaanku benar. Ada banyak makanan. Ada ikan dan ayam. Ikannya sudah agak kurang segar, tapi tak apalah. Ayamnya juga masih berbumbu. Tapi aku tak peduli. Aku ikut bergabung dengan mereka.