Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pantai Kuta

22 Maret 2024   15:54 Diperbarui: 22 Maret 2024   19:02 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah beberapa menit berlalu, Lely akhirnya memutuskan untuk bergerak. Dia menyusun kalimat-kalimat dalam pikirannya, mencoba untuk tidak terlalu canggung.

"Ded, kamu ngomongnya kok pelit banget sih?", tanya Lely sambil mengorek pasir putih pantai Kuta. Mentaripun mulai bersimpuh di kaki barat pantai.

Warna jingga sangat mempesona. Dedi berpikir harus jawab apa biar mengena. Dia menyembunyikan perasaan grogi. Dia sendiri baru merasa getar yang berbeda dihadapan perempuan yang bernama Lely.

"Mungkin karena terbiasa fokus melukis.", jawab Dedi sambil menghisap rokoknya.

"Kepada gadis lain juga?"

"Mungkin hanya kepadamu.", Dedi coba memancing. Wajah Lely memerah. Dedi dapat membaca ada perasaan berbeda di hati Lely. Apakah dia menyimpan sesuatu tentang diriku?

"Ded, itu bukan jawaban yang aku harap. sangat menyakitkan". Kata Lely. Kelihatan sedikit kecewa. Ia menatap jauh, seakan hampa dari harapan yang ditunggunya.

"Lel, maafkan diriku. Jujur ku katakan karena baru kali ini aku bercengkrama serius dengan seorang gadis. Ya, hanya kamu".

Dedi memperhatikan wajah gadis manis yang sedikit tersenyum. Desiran angin laut mengibas rambut berderai, menambah anggun. Dalam remang malam, Dedi memberanikan diri memegang tangan Lely. Toh yang melihat hanya deburan ombak pesisi Kuta, pikirnya. Hati Lely terperanjat. Ada getar mengalir di dadanya.

"Ded, aku minta pengertianmu. Bisakah kau rasakan aku jauh-jauh dari Jakarta, agar kesendirianku bertemu di Ubud."

"Tapi itu perasaan Lely. Setiap orang punya rasa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun