"Pas dengan harapan."
"Ah, ada saja. Memang kamu berharap."
"Siapa tahu seperti itu Ratih."
Percakapan mereka begitu mengalir. Beda dengan di sekolah. Mereka seakan menjaga jarak.
"Rico, ada materi penting ndak selama Ratih tak sekolah." Ratih mulai serius bertanya.
"Ndak sih Ratih. Kamu pasti bisa mengikuti. Kan Pak Guru mengirimi ketika ada siswa tidak sekolah. Cuman..." Rico menghentikan ucapannya, sambil meminum teh.
"Cuman apa Rico?"
"Cuman Rico merasa kesepian. Ratih tidak sekolah"
Ratih terdiam. Diapun mengumbar senyumnya sama Rico, sambil berucap. "Ah, laki-laki emang gayanya begitu."
Rico mulai merasakan aura kasih yang ditunjukkan Ratih. Dia bisa membaca dari isyarat dan ucapannya yang polos. Ia pun memancing situasi saat Ratih terjatuh.
"Rat, kamu ingat ndak saat jatuh?"