"Ah, apa kau bilang? Aku bukan gadis sembarangan Ded. Hati-hati bicara". Nada suara Lely meninggi.
"Kenapa marah? Aku kan melukis mu di kanvas. Aku harus menikmati. Artinya aku luruh dalam hayalku, biar lukisanmu tambah sempurna.
"O, aku baru paham. Maaf ya Ded. Dua hari lagi aku cari lukisanku".
Lely menutup hpnya karena segera menceburkan diri di pantai Kuta. Cahaya matahari warna jingga dan deburan air laut yang landai membawa suasana Lely begitu menikmati. Sesekali dia membayangkan bagaimana Dedi melukis dirinya. Tapi jujur aku pingin ditemani Dedi saat-saat seperti ini, pikirnya dalam hati. Jam sudah menunjukan pukul sembilan. Sengatan matahari mulai terasa. Lely bergegas mengambil pakaian dipinggir pantai. Seperti biasa dia melihat ke hpnya. Ternyata Mas Dedy beberapa kali nelpon. Terakhir dia mengirim sms. "Lely boleh aku ketemu di pantai Kuta malam nanti? Kebetulan aku menyerahkan lukisan kepada pelanggan, yang menginap di Kuta".
Tanpa pikir panjang, Lely menjawab. "Silahkan Ded. Aku tunggu di pantai. Kebetulan malam nanti ibuku juga ada acara. Dia meeting dengan kolega bisnisnya", Lely mengirim sms.
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H