"Sampai jumpa Mas Dedi". Lely melampaikan tangannya dan mobilpun melaju.
Dedi melambaikan tangannya juga. Dia memandangi mobil perlahan terus menjauh. Rokok di jemari lupa dia hirup. Tangannya terasa panas. "Uh, ternyata aku terbawa halusinasi. Tumben kali aku terbius gadis model. Tampilannya yang ekspresif pas banget dengan pribadiku yang sedikit liar", pikir Dedi.
Cerita soal Dedi, dia memang salah satu pelukis eksentrik dikalangan pelukis di Ubud. Dedi, pelukis asal Jogja sudah beberapa tahun tinggal di Ubud. Tampilannya terkesan urakan. Mulai dari rambut gimbalnya dibiarkan panjang. Bercirikan baju seringan warna hitam dan celana pendek, sengaja dibalut cat warna-warni. Di bengkel kerja nya orang akan terheran-heran bukan saja karena cat warna yang berserakan, tapi putung rokok yang dia taruh di botol-botol besar bekas minuman yang unik. Ada puluhan botol berisi putung rokok ditaruh di rak.
Kali ini pun Dedi menghirup rokok nya dalam-dalam. Dia fokus menuntaskan lukisan lely. Pastinya dia tidak ingin mengecewakan Lely. Disaat sedang menghaluskan senyum Lely, hp di saku celana berdering.
"Hai, sedang apa mas Dedi?" Suara sedikit agak manja terdengar.
"Sedang ngopi", jawab Dedi santai. Dia memancing biar Lely penasaran.
"Jawabnya memang harus singkat ya?" "Karena aku melukismu"
"Bener Ded?"
"Tak percaya, lihat kesini !". Dedi menghirup rokoknya dalam-dalam. Suara Lely tak didengar lagi.
"Tapi, aku sama ibu di pantai Kuta. Menikmati sunrise". Jawab Lely sedikit manja.
"Ya, sudah. Nikmati aja. Aku disini sedang menikmati tubuhmu".