Berdasarkan fenomena yang ditemukan melalui wawancara kepada salah seorang guru tingkat Sekolah Dasar di Bali, diperoleh informasi bahwa kelas 1, 2, dan 3 mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan pada materi pelajaran maupun soal ujian.Â
Narasumber menyampaikan hal tersebut dapat dilihat dari pengamatan di kelas sehari-hari dan banyaknya siswa yang menjawab salah pada soal yang mengandung bacaan panjang. Kesulitan memahami isi bacaan dipengaruhi oleh beberapa faktor.Â
Menurut Lamb dan Arnold (Rahim, 2008), faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan membaca ialah faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, jenis kelamin, faktor intelektual, faktor lingkungan, dan faktor psikologis yang mencakup motivasi, minat, kematangan sosial, emosi, serta penyesuaian diri. Salah satu faktor yang lebih dominan memengaruhi kemampuan membaca yaitu faktor kognitif.
Menurut Nicholas (2007) dalam penelitian Jalilehvand (2012) menyatakan bahwa buku bergambar untuk anak-anak merupakan elemen penting dalam proses membaca.Â
Ditinjau dari aspek kognitif menunjukkan bahwa adanya gambar pada bacaan dapat memudahkan individu untuk mengingat kembali informasi yang didapatkan sebelumnya.Â
Berdasarkan hasil penelitian Jalilehvand (2012) menjelaskan bahwa anak yang membaca cerita dengan gambar dapat mengingat kembali informasi dengan lebih spesifik. Melalui media gambar dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap isi bacaan tersebut.
Selanjutnya, Oakhill, Cain, dan Bryant (2003) menjelaskan bahwa salah satu hasil penelitian paling ekstensif tentang pemahaman membaca mulai dari usia 7-8 tahun sampai usia 10-11, sehingga kemampuan pemahaman membaca yang paling cepat terlihat pada saat kemampuan dasar decoding dicapai.Â
Siswa kelas 3 SD rata-rata berusia 8-9 tahun, sehingga pada usia ini seorang siswa sudah mengalami peningkatan dalam pemahaman membaca (Johnston, Barnes & Desrochers, 2008).
Ahli psikologi pendidikan yang bernama Bloom dan Piaget (Rahim, 2008) menjelaskan bahwa pemahaman, interpretasi, dan asimilasi merupakan dimensi hierarkis kognitif.Â
Semua aspek kognisi ini bersumber dari aspek afektif seperti minat, rasa percaya diri, pengontrolan perasaan negatif, serta penundaan dan kemauan untuk mengambil risiko.Â
Sejalan dengan hal tersebut, Mc Laughlin dan Allen (Rahim, 2008) menjelaskan bahwa siswa yang senantiasa menumbuhkan minat baca, semakin menguasai bacaan serta tingkat kemampuan memahami bacaannya tinggi.Â