“Pesan minuman apa, Mbak?” Tanya pelayan restoran itu dengan ramah.
“Dua lemon tea, ya.” Ucap Safana bergegas pesan.
“Oke Mbak, ditunggu sebentar.”
Baru saja pelayan itu pergi dari hadapan Safana, tak lama kemudian Bara datang dengan memakai kemeja kotak-kotak berwarna ungu tua, terlihat sangat gagah dan smart.
“Kamu Safana, kan?” Tiba-tiba saja Bara datang dari arah belakang Safana.
“Kamu Bara, kan?” Tanya kembali Safana, saling bertatap muka.
“Kamu lebih cantik dari aslinya, Safana.” Sapa Bara kembali.
“ Kamu juga,” Keduanyasaling melempar senyum dan saling memuji.
Safana pun langsung mempersilahkan duduk, aroma harum maskulin Bara memikat hati Safana. Dia terkesima melihat Bara berwajah Indo. Ganteng, gagah, dan seabrek pujian yang terlontar dari hati Safana. Begitupun Bara, melihat Safana sangat cantik dan anggun.
“Eeee, aaa ... aduh, maaf. Aku sampai enggak bisa ngomong, Kak Bara.” Ucap Safana, terlihat gerogi dengan wajah malu-malu.
“Tak apa Adinda, aku pun mengerti apa yang sedang dirasakan olehmu. Tak menyangka kamu sangat luar biasa, aku tak salah memilih dirimu sebagai bidadariku. Oh ya, boleh nggak aku duduk di sampingmu, Sayang.” Rayu Bara merona.