Mohon tunggu...
Devan Altop
Devan Altop Mohon Tunggu... -

Kesedihan yang paling mendalam, jika aku selalu melanggar dan tak menjalankan perintah Allah Swt yang tertera dalam Alqur,an dan juga yang paling aku takutkan kehidupanku tak pernah diberikan hidayah kebaikan selama hidup di dunia ini. Astaghfirullah ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dongeng Cinta oleh: Devan Altop

24 Maret 2014   18:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:33 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kakak ... entah kenapa hari ini aku ingin menangis. Relung hatiku mendadak sepi, sayap-sayapku seperti akan hilang selamanya. Aku tak kuat rasa rindu ini jika terlalu lama, merajam di hatiku. Aku ingin menjadi bidadari seutuhnya untukmu, Kak?”

“Hemm ... pantesan, hatiku berdetak kecang bagai gendang berdendang. Rupanya Bidadariku, sedang sedih menghitung hari menungguku.”

“Kakak ... jangan bercanda, doong? Aku serius, Kak?.”

“Iya Adindaku sayang, akuserius. Kalau sudah waktunya nanti, pasti akan datang menjemputmu?”

“Tapi, kapan?”

“Kakak janji, jika waktunya telah tepat, aku akan langsung melamarmu”

Akhirnya Safana mengerti apa yang diutarakan Bara dichatingan. Rasa lega, bahagia berusaha sabar untuk mengerti perasaannya. Senyum Safana pun mengembang, dan mengulum malu-malu. Lirih hatinya yang sedikit terkikis badai, lambat laun terurai lunak mengerti apa yang sedang direncanakan Bara.

Dua minggu telah berlalu, Pelangi di pagi hari membuatnya semakin ceria. Wajah cantik Safana menyembul bersama senyum. Kelopak matanya membola, dengan bulu mata yang lentik. Alisnya yang bergaris tebal, memperindah penampilannya, terlihat seksi dari bibirnya yang tipis memesona. Sorot matanya yang bening, membuat terlihat anggun hari ini, memakai gaun putih bermotif bunga mawar. Ia berpose dihadapan kamera dengan sentuhan yang menarik. Dia tersenyum renyah, saat bliz foto menyala terang. Namun, kegundahan hatinya tak bisa dibohongi, ia selalu merindukan cinta Bara dengan rasa yang berkecamuk, dalam torehan gundahgulana.

“Aku tak mengerti kenapa aku bersedih ... seharusnya aku bahagia karena Bara telah meyakinkanku. Apakah karena kedua orang tuaku sangat tidak setuju dengan lelaki mayaku?”

“Entahlah ... hatiku hari ini berbeda. Tak bisa seorang pun yang bisa memisahkan cintaku dengan Bara, walaupun kedua orang tuaku sendiri.”

“Maafkan Ayah, Ibu ...aku menyembunyikan percintaan ini dengan Bara, karena aku tak mau melukai persaanmu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun